Anak Yatim dan Piatu Tembus 10 Ribu

Anak Yatim dan Piatu Tembus 10 Ribu

M. Alfarisi Akbar sudah terlihat rapi dan necis, sore kemarin (20/12). Mengenakan kopiah, bersandal jepit, baju takwa, sambil menenteng ransel kecil. Mukanya khas bocah-bocah. Pipinya dipoles bedak putih tebal.

“Ayo munggah,” kata Aurelia Anggun Kinanti kepada bocah 6 tahun itu. Dia sedang menyalakan motor matik merah di depan rumah, di Gang Baru, Blok A, Keputih Timur Pompa. Bersiap mengantar Faris, adiknyi, berangkat ngaji ke masjid di depan gang.

Dua anak itu adalah kakak beradik. Sudah dua tahun lebih mereka menjadi yatim. Bapaknya meninggal akibat Covid-19. Tepat saat di masa awal pandemi tahun lalu. Kini mereka berdua hanya diasuh oleh ibunya, Anis Wahyuni.

Anis harus mengurus dua buah hatinyi itu seorang diri. Perjuangan membesarkan dua anaknyi masih panjang. Dan tentu bakal lebih berat sejak si suami tiada. Si sulung duduk di bangku kelas XI SMKN 10 Surabaya. Sedangkan si bungsu baru saja masuk TK. “Saya kerja ikut orang di tempat laundry,” katanyi.

Apalagi, baru saja keluarga mereka kena musibah. Rumah di gang kecil itu kebakaran pada 20 Oktober lalu. Kini, mereka mengungsi ke depan rumah. Menyewa tempat kos. Sekamar untuk bertiga.

Penghasilan Anis memang tak seberapa. Namun, masih cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Dia juga sering mendapat santunan dari para tetangga. ”Kalau dari pemerintah masih belum ada,” ungkap perempuan kelahiran Keputih itu.

Janda serupa Anis jumlahnya sangat banyak. Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mencatat ada sekitar 5.785 anak menjadi yatim di Jawa Timur. Ayah mereka meninggal akibat Covid-19. Yang menjadi piatu juga tak kalah banyak. Ada sekitar 4.225 anak yang ditinggal mati ibunya karena terpapar Covid-19.

Dan yang menjadi yatim piatu ada 541 anak. Sehingga total keseluruhan anak yang kehilangan orang tuanya karena meninggal akibat Covid-19 mencapai 10.804 anak. Jumlah itu naik dua kali lipat. Yakni dibanding Agustus lalu yang mencapai 5.803 anak.

Jumlah itu menempatkan Jawa Timur di posisi terbanyak. Ribuan anak itu kini diasuh hanya oleh ibu. Banyak yang menjadi janda dan terpaksa menopang kehidupan rumah tangganya secara mandiri tanpa sang suami. Seluruh kewajiban rumah tangga beserta anaknya ditanggung seorang diri.

Anis Wahyuni menunggui M Bilsyekh Alfarisi Akbar bermain di gang depan kontrakannya.

“Tapi, jumlah data tersebut masih belum terverifikasi semua,” kata Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan (DP3AK) Jawa Timur Novi Restu. Ada kemungkinan data bisa dobel input. Hingga kini yang terverifikasi sekitar 2.964 anak.

Proses verifikasi masih terus berlangsung. Asesmen sementara di 17 kabupaten/kota. Sedangkan 21 wilayah lainnya akan menyusul. Asesmen tersebut juga dilakukan oleh UNICEF. Data yang terverifikasi pun tak jauh beda.

Novi mengatakan, bakal ada perhatian khusus bagi para single parent tersebut. Ia sedang mengupayakan program-program untuk menunjang perekonomian rumah tangga mereka. “Kami memerlukan kolaborasi dengan Dinsos, Dispendik, dan Baznas di masing-masing wilayah,” ungkapnyi.

Pemerintah setempat juga tak tinggal diam. Sudah ada program-program yang diluncurkan untuk para anak yatim dan piatu itu. Di antaranya, Surabaya bakal menyediakan asrama dan sekolah untuk mereka. “Di Batu juga seperti itu. Pemkot Batu bantu dana pendidikan mereka,” katanya.

DUA peziarah mengunjungi makam orang tua mereka di TPU Keputih, Surabaya.

Selain itu, Polda Jatim menjalin kerja sama dengan DP3AK Jatim. Yakni menjamin dan menanggung iuran BPJS seluruh anak yatim piatu tersebut. Hingga mereka lulus SMA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: