Teka-teki Tika, Drama Thriller yang Lepas dari Pakem Ernest Prakasa

Teka-teki Tika, Drama Thriller yang Lepas dari Pakem Ernest Prakasa

Beberapa aktor dan aktris Teka-teki Tika, antara lain Ernest Prakasa, Sheila Dara, Morgan Oey, dan Jenny Zhang, datang ke kantor Harian Disway, pada Jumat, 17 Desember. Mereka mempromosikan film anyarnya yang dirilis Kamis (23/12). film tersebut kembali mengangkat keluarga. Juga debut Ernest sebagai sutradara film drama thriller. Berikut dialog Harian Disway dengan mereka.

Lagi-lagi mengangkat tema keluarga dalam film Teka-teki Tika. Ada apa dengan keluarga?
Ernest: Dalam karier penyutradaraan saya, film saya selalu mengangkat tema keluarga. Karena keluarga adalah entitas yang menarik. Kalau dalam sudut pandang sebagai penulis naskah, keluarga adalah salah satu unit yang tidak pernah berhenti menghasilkan ide cerita.

Dalam trailer Teka-teki Tika, sekilas terungkap bahwa Anda ingin mengangkat sebuah keluarga yang sedang dalam masalah pelik, soal keuangan, ditambah dengan kedatangan tokoh bernama Tika, yang rupanya semakin memperkeruh keadaan.
Sheila: Betul. Tokoh Tika adalah hasil pemikiran dan imajinasi Kak Ernest. Ketika keluarga sedang runyam, dia tiba-tiba datang dan mengaku anaknya Pak Budiman (Ferry Salim, Red).
Ernest: Sebisa mungkin tokoh Tika ini bisa ngasih pressure ke dalam keluarga Pak Budiman. Jadi sosok nyebelin tapi yang tidak komikal karena dia membawa ancaman yang nyata. Jadi tetap ada sisi intimidatifnya.

Pendekatan keaktorannya seperti apa hingga bisa memerankan tokoh Tika dengan ikonik?
Sheila: Cuma tanya-tanya saja dengan Ko Ernest. Dia yang mengimajinasikan, tentu dia yang membimbing saya untuk menemukan karakter Tika.

Apakah ada perbedaan antara film Teka-teki Tika dengan film sebelumnya?
Ernest: Sangat beda. Tak hanya dari level ide. Dari pendekatan visual, story-nya juga berbeda dari sebelumnya. Penulisan skenarionya kurang lebih empat bulan. Cukup lama, karena aku coba melepaskan diri dari pola-pola penulisan yang selama ini aku pegang, sejak film Ngenest sampai Imperfect. 

Cukup panjang juga penggarapan skenarionya. Tentu ada kesulitan ketika terbiasa menulis naskah komedi, sekarang menulis naskah serius.
Ernest: Ya betul. Aku berangkatnya dari komedi. Jadi sangat susah menulis naskah serius. Tapi ini tantangan, aku coba keluar dari pakem-pakem yang selama ini kupegang.

Jadi ini film tidak ada lucu-lucunya?
Ernest: Dikit! 

Banyak kisah tentang permasalahan keluarga dalam Teka-teki Tika. Contohnya family business. Salah satu konfliknya berasal dari situ. Betul ya?
Ernest: Betul. Memang saya buat se-real mungkin agar penonton terasa dekat. Ada problem kecil tentang perseteruan kakak-adik, juga konflik-konflik lain.

Setting dalam trailer rata-rata berada dalam sebuah rumah. Proses syuting dan latar itu di mana?
Morgan: Di sebuah villa yang cukup besar, di daerah Puncak, Bogor, Jawa Barat. Sangat kondusif untuk proses syuting pada era pandemi. Tidak mengganggu warga sekitar, tak berinteraksi dengan banyak orang istilahnya.

Melakukan proses syuting ketika pandemi. Pasti ada tantangan tersendiri?
Jenny: Betul. Tapi untungnya tak ada masalah berarti. Mungkin cuma Ko Ernest yang bolak-balik ngingetin...
Ernest: Oii, maskernya dipakai! Begitu ya? (Mereka tertawa bersama)

Kalau Morgan bagaimana karakternya? Dan apa kesulitannya?
Morgan: Saya jadi Andre, adiknya Arnold yang diperankan oleh Dion. Anak bungsu yang hobinya dimanja dan suka berfoya-foya. Itu saja. Untuk lebih jelasnya bisa ditonton langsung.

Apa yang menarik selama proses syuting?
Jenny: Banyak eksplorasi visual. Misalnya kami syuting secara long take. Dalam satu setting saja di villa itu. Jadi prosesnya cukup panjang. Sudah mau selesai, misalnya, ada dialog salah, ulang lagi dari awal.

Film ini berhubungan dengan upaya kritik terhadap korupsi. Betulkah?
Ernest: Ya, dalam film ini aku ingin menunjukkan bahwa korupsi adalah kejahatan luar biasa. Diangkat juga dalam konflik keluarga pak Budiman.

Berapa target perolehan penonton?
Ernest: Minimal dapat dua belas orang sudah cukup.
Morgan: Maksudnya tidak mengejar target seperti rilis film dalam kondisi normal. Berapa pun kita syukuri saja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: