Gagal Tampil Perdana di Tunjungan Romansa
Semua personel IKD dijadwalkan manggung di Jalan Tunjungan Senin (13/12) malam. Mereka harus berani tampil di luar kandang: Sentra Wisata Kuliner Arif Rahman Hakim (SWK ARH).
ANDY Setiawan sibuk menata drum, amplifier, dan audio mixer di Jalan Tunjungan sebelum mentari tenggelam. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Surabaya memberinya jatah manggung dalam acara Tunjungan Romanza yang sudah bergulir hampir sebulan itu.
Inilah penampilan kedua Band The Lamkoar. Andy Elektrik, nama panggungnya menyiapkan gitar akustiknya. Kabel-kabel ditata agar tidak berantakan.
Ia dapat tempat tampil di depan toko mangkrak yang di samping kanan dan kirinya sudah dihias mural. Setelah semuanya tercolok, semua personel langsung check sound. Mikrofon dan gitar sudah oke. Drum elektriknya juga siap digunakan.
Anggota IKD diajak serta. Mereka akan manggung di jalur pedestrian untuk kali pertama. Hari itu, mereka seharusnya sudah resmi jadi seniman jalanan. Sama seperti sang mentor. “Tapi kayaknya enggak jadi,” ujar Andy sambil memandangi layar telepon pintarnya.
Banyak wali murid dan siswa yang masih di luar kota. Mereka minta penjadwalan ulang. Andy setuju. Jadwal tampil band IKD diundur dua hari. Mereka diminta berlatih agar lebih siap di Rabu malam.
Yang main pada malam itu murni hanya The Lamkoar. Meski demikian, salah seorang muridnya, Ramadhan Syahrul, tetap datang. Ia penyandang tunanetra, namun Rama adalah salah satu vokalis andalan IKD.
Setelah hari mulai gelap, para seniman di Tunjungan mulai beraksi. Mulai seniman teater, musik, hingga lukis, turun ke jalanan.
Pemkot memberi mereka ruang setelah hampir dua tahun tidak ada kegiatan seni. Bagi Andy, ini adalah angin segar untuk seniman. Mereka dapat bantuan ongkos untuk tampil. Mulai sewa sound, transportasi, hingga biaya lain-lain.
Di Tunjungan Romansa, semua seniman juga diperbolehkan meletakkan boks apresiasi. Pengunjung yang menikmati karya mereka bisa memberikan uang tips. Boleh dibilang, ini adalah kegiatan ngamen legal.
Sayangnya belum semua seniman bisa merasakan program Tunjungan Romansa itu. Hanya seniman yang terverifikasi yang turut serta.
Disbudpar mengeluarkan nomor induk khusus bagi seniman yang ingin ikut program pemkot. Verifikasi harus dilakukan agar pemberian bantuan tepat sasaran.
Proses mendapatkan nomor induk seniman juga tidak main-main. Petugas disbudpar akan mendatangi rumah seniman dan mengecek apakah mereka tidak berbohong. “Karena pernah ada satu orang pegang tiga nomor induk,” lanjut Andy.
Ia meminta pemkot lebih aktif menjaring seniman. Terutama ke teman-teman difabel yang kurang mendapat akses pelayanan.
Menurutnya banyak musisi difabel yang butuh tempat berkreasi. Selama ini mereka lebih banyak bermain musik di kelompok sesama difabel. Jam terbang sangat mereka butuhkan untuk melangkah ke jenjang yang lebih tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: