Sepandai-pandainya Melompat, Andreas Nyemplung Bui

Sepandai-pandainya Melompat, Andreas Nyemplung Bui

Andreas Nurmandala sudah sangat kecanduan bermain judi buntut. Pernah sekali mendapat keuntungan yang bombastis. Berharap keberuntungan itu akan kembali kepadanya. Namun, yang didapat adalah kurungan penjara.

-------------

KEMBALINYA Andreas dari ritual pesugihan Gunung Kawi ternyata disusul dengan keberuntungan. Entah ada hubungannya atau tidak, ia mendapat kemenangan hingga Rp 1 miliar. Bapak empat anak itu langsung gelap mata. Sehingga, ia tidak lagi memikirkan risiko yang akan dialaminya.

Penghasilannya yang diperoleh dari judi terus diputarnya. Juga, gaji yang didapat dari PT Bumi Waras, tempat kerjanya. Tak cukup, ia mulai menggarong duit perusahaan.

“Pikiran saya, saya bisa mengembalikan uang tersebut. Saya akan mendapat keuntungan banyak dari judi,” katanya. Memanfaatkan jabatannya sebagai staf keuangan, ia mengambil uang kas perusahaan.

Tindakan itu tidak sekalipun diketahui oleh manajemen perusahaan. Tetapi, sedikit-sedikit menggarong, lama-lama menjadi bolong.

Ulah lancung Andreas diketahui manajemen. Apalagi, yang ditilap Andreas sudah mencapai ratusan juta rupiah. Andreas bahkan tidak ingat lagi berapa uang yang benar-benar diambilnya.

Awalnya, dirinya tidak dilaporkan ke polisi. Ia hanya diminta untuk mengembalikan uang tersebut. Andreas menyanggupi. Perlahan-lahan ia mencicil.

Lagi-lagi, godaan juri lebih besar. Cicilannya tidak konsisten karena masih dipakai berjudi. Perusahaan pun kian geram. Andreas dilaporkan ke polisi karena penggelapan itu.

Pada 1990, Andreas ditangkap. Ia pun menjalani hari-harinya di dalam jeruji besi. Ketika itu ia merasa berada di titik terendah dalam hidupnya. “Saya hampir depresi saat itu,” ucapnya.

Kehidupan bebas yang dialaminya, tidak lagi bisa dirasakan. Selama tiga tahun ia dipenjara. Kondisi itu yang membuat ia kembali mengingat kepada Tuhan. Di suatu hari, Andreas sempat berdoa kepada Tuhan. Isi doa itu ia mempertanyakan apakah Tuhan itu seperti manusia pada umumnya.Cuek melihat orang-orang yang berada di penjara.

“Saya ingin buktikan saat itu. Tuhan itu benar-benar ada atau tidak. Saya dari kecil Kristen. Tapi, semakin besar, iman saya semakin goyang. Sudah berpikir macam-macam. Ditambah, saya mendapat masalah besar,” ungkapnya.

Ternyata, Tuhan menjawab pertanyaan itu. Jawaban Tuhan diberikan melalui diri Andreas. Saat itu, tiba-tiba ia hatinya tergerak untuk membuat persekutuan doa dalam penjara. Ia melihat banyak sekali warga binaan yang sudah keluar. Lalu masuk lagi.Ada yang kasusnya sama. Ada juga yang beda. Sebab, tidak ada pembinaan kerohanian di dalam. Sama sekali tidak ada persekutuan doa di sana. Apalagi ibadah. Jadi, karakter mereka tetap sama. Dipenjara bukannya tobat, tapi malah tambah jadi.

Awal merintis, belum ada gereja yang mau melayani di penjara. Sehingga, Andreas membuat kelompok doa kecil-kecilan. Kelompok itu berawal dari kamar penjaranya. Kebetulan, dirinya saat itu dipercaya lapas membantu bidang administrasi. Mendata warga baru dan yang telah keluar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: