Shin Tae-yong dan Polosin
Menu makanan pun dikontrol. Makanan karbohidrat pemain dikurangi. Diperbanyak mengonsumsi protein dan sayur-sayuran.
Lee juga melarang para pemain makan goreng-gorengan. Sebab, banyak lemak-trans yang tidak baik untuk tubuh. Idealnya, pemain memiliki lemak 6–12 persen.
Cristiano Ronaldo memiliki lemak tubuh hanya 7 persen. Itulah yang membuat fisiknya tetap prima, di usia yang 5 Februari nanti memasuki 37 tahun. Rendahnya lemak, kuatnya otot, membuat ia tampil seperti pemain 20-an tahun.
Saat training camp (TC) di Kroasia, fisik pemain mulai terlihat hasilnya. Rata-rata lemak di kisaran ideal, di bawah 12 persen. Barulah STY mengajari strategi memenangkan permainan dan filosofi sepak bola.
STY sama dengan Polosin yang mempersiapkan fisik terlebih dahulu. Bahkan, metode genjot fisik Polosin lebih gila. Pemain ditempa di alam bebas naik turun gunung di Cimahi, tempat penggemblengan fisik prajurit TNI.
Pemain dijemur di tengah panas. Polosin membuat jadwal latihan berat tiga kali sehari: pagi, siang, sore. Saking beratnya, banyak pemain yang muntah-muntah. Beberapa di antara mereka memilih mundur. Termasuk Fakhri Husaini, Ansyari Lubis, dan Eriyono Kasiha.
Karena dalam proses pembentukan fisik, hasil uji coba pun tidak menggembirakan. Masih kaku. Tapi, Polosin sudah mengatur, timnas yang ditangani mencapai puncak dengan fisik bagus serta kelenturan bagus di SEA Games Manila, 1991. Terbukti, kita pun meraih kalungan medali emas.
Timnas sekarang seperti jalan tim Polosin. Beberapa uji coba STY juga kurang bagus. Termasuk kalah oleh Afghanistan saat uji coba di Turki.
Kalau bicara teknik bermain, saya kira timnas saat ini bukan yang terbaik. Timnas era Polosin juga bukan yang terbaik. Bisa dibilang, salah satu yang terbaik secara teknik di era Henk Wullems yang tampil di SEA Games Jakarta, 1997.
Di era Henk Wullems, teknik bermain sangat menonjol. Materinya –seperti Kurniawan Dwi Julianto, Bima Sakti, Yeyen Tumena, dan Eko Pujianto–adalah para pasukan muda lulusan Primavera Italia. Plus talenta seperti Nuralim dan Widodo C. Putro.
Saya yang ikut meliput SEA Games itu menyaksikan langsung bagaimana tim seperti Thailand, Singapura, dan Malaysia menyebut Indonesia sebagai tim yang paling ditakuti. Wartawan-wartawan asing mengakui Indonesia sebagai unggulan.
Henk Wullems yang diunggulkan hanya meraih perak. Di final kalah adu penalti dengan Thailand.
Bandingkan dengan tim Polosin 1991. Tidak diunggulkan. Namun, fisik yang menentukan. Kata Polosin, kalau fisik bagus, konsentrasi bermain tetap terjaga. Buktinya, emas diraih lewat adu penalti.
Kini tim STY dari awal juga tak diunggulkan. Malaysia dan Vietnam menganggap remeh. Vietnam menyebut kita tidak layak ke semifinal. Malaysia menilai tim Garuda setara dengan Laos dan Kamboja.
Namun, kita mampu melaju ke final. Permainan dengan fisik bagus dari tim yang banyak diperkuat anak muda itu memberikan bukti. Kita tetap yakin menatap partai kedua, 1 Januari 2022. Dengan fisik yang baik, adu penalti pun rasanya siap. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: