Bersaing Berinovasi Raih Adiwiyata Mandiri

Bersaing Berinovasi Raih Adiwiyata Mandiri

WAJAH Sudjasmi Mardinono tampak semringah kemarin. Kepala SMPN 8 Surabaya itu baru saja mendapat penghargaan. Sekolah yang dinaunginya mendapat penghargaan Sekolah Adiwiyata Mandiri untuk kali pertama. Penghargaan sangat bergengsi bagi sekolah yang fokus pada lingkungan hidup.

Sudjasmi menjelaskan, sudah 7 tahun sekolahnya menyiapkan diri mengikuti Adiwiyata. Namun, baru 2019 sekolahnya menjadi juara Adiwiyata tingkat nasional. ”Tahun 2014 juara seleksi kota. Tahun 2016 baru lolos seleksi provinsi,” ujar laki-laki 54 tahun itu.

SMPN 8 Surabaya mengandalkan taman yang dimilikinya. Bahkan, mereka mengembangkan pandan wangi sebagai tanaman unggulan. Tanaman itu dipilih karena memiliki banyak manfaat. Kalau sudah tumbuh banyak, biasanya dibagikan ke guru-guru. Untuk dibuat makanan.

Selain itu, siswa sekolah diberdayakan untuk merawat tanaman. ”Sesekali mereka belajar di luar kelas untuk mengenal lingkungan,” katanya.

Berbeda dengan SMPN 37 yang juga meraih penghargaan Adiwiyata Mandiri. Sekolah tersebut memilih untuk mengembangkan tanaman anggrek. Alhasil, bunga itu menjadi ciri khas sekolah tersebut.

Sedangkan program untuk siswa SMPN 8 ialah wajib bersih sekolah setiap Jumat. Namun, karena pandemi, siswa hanya diberi materi secara daring. Sesekali mereka diwajibkan menyetor benih ikan nila, sampah botol, dan minyak jelantah ke sekolah.

”Hasil dari penjualan sampah dan minyak kami putar untuk keperluan pembiayaan perawatan tanaman,” ujar Kepala SMPN 37 Hartini.

SMPN 37 memang lebih siap daripada SMPN 8. Sekolah tersebut baru mengikuti seleksi Adiwiyata tahun 2018. Namun, pada 2019 sudah tembus seleksi nasional. Ada berbagai inovasi yang dibuat sekolah tersebut. Rencananya mereka membudidayakan anggrek. Kemudian, anggrek dijual untuk keperluan merawat lingkungan.

Sebenarnya sekolah boleh menggunakan dana bantuan operasional sekolah (BOS) untuk keperluan pembangunan lingkungan sekolah. Tapi, dana itu tidak cukup untuk bisa menjuarai lomba Adiwiyata. Dengan demikian, tidak jarang guru dan siswa ikut membantu pembangunan lingkungan.

Semua sekolah yang mendapat gelar Adiwiyata Mandiri diwajibkan membina lingkungan sekolah lain. Minimal dua tempat. SMPN 37 Surabaya sudah membina empat sekolah. Yakni, SMPN 62, SMPN 55, SMPN 59, dan SDN Kali Kedinding.

Selain itu, semua yang mendapat gelar Adiwiyata Mandiri harus melanjutkan lomba ke tingkat Asia Tenggara. Di Jawa Timur baru SMPN 10 Malang yang menjuarai lomba lingkungan tingkat Asia Tenggara.

Kabid Peningkatan Kapasitas Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup Surabaya, Chamidha menjelaskan, secara nasional, ada 400 sekolah yang mendapat gelar Adiwiyata Nasional maupun Mandiri. Total ada 7 SMP dan 7 SD di Surabaya yang mendapat gelar Adiwiyata. Perinciannya, 3 SDN dan 2 SMPN meraih Adiwiyata Nasional. Sementara itu,  Adiwiyata Mandiri diraih 3 SDN, 1 SD swasta, dan 5 SMPN. Untuk meraih Adiwiyata, ada tiga jenjang lomba yang harus dilalui sekolah.

”Setiap jenjang berjarak 12 bulan. Baru dilakukan seleksi lagi,” ujarnyi.

Chamidha menargetkan, pada 2022 salah satu sekolah di Surabaya bisa menjuarai tingkat Asia. Rencananya dia belajar ke SMPN 10 Malang. Guna studi banding. (Andre Bakhtiar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: