Mami Tahu Teruskan Jejak Go Loe Tjiauw

Mami Tahu Teruskan Jejak Go Loe Tjiauw

Kedelai lokal kurang cocok untuk tahu. Selain itu, komoditas kedelai nasional juga masih rendah. Petani memilih padi atau jagung yang lebih menguntungkan. “Problemnya, tahu tempe itu makanan pokok. Jadi kedelai itu butuh terus,” jelasnya.

Beruntung harga kedelai di Surabaya lumayan terkendali. Rata-rata angkanya lebih murah Rp 1.500 - Rp 2.000 dari DKI Jakarta.

Kemarin harga kedelai mencapai Rp 11.300. Bagi Riani, nilainya masih terlalu mahal. Ia berharap pemerintah mampu menekan harganya agar kembali di angka Rp 9 ribu.

Sebenarnya ia bisa mengurangi ukuran atau volume tahu. Opsi itu tidak diambil. “Kasihan pelanggan. Mereka juga bisa lari kalau kita kurangi ukurannya,” kata perempuan yang rumahnyi satu area dengan pabrik itu.

PEMBERSIHAN KEDELAI yang akan diolah menjadi tahu di UD Sumber Kencono.
(Foto: Julian Romadhon-Harian Disway)

Di masa jaya, pabrik bisa mencetak 20 kotak tahu. Kemarin, dia cuma bisa membuat 7 kotak. Total kedelai yang digiling mencapai 210 kilogram. Penghasilan kotor hari itu cuma Rp 2,3 juta.

Sebenarnya ada potensi lain dari pabrik tahunya: tempat wisata. Sejumlah hotel dan agen travel mengajak wisatawan mancanegara mampir ke sana.

Riani sempat ingin memugar pabrik agar kelihatan lebih modern. Minimal lantainya yang berlubang diratakan ulang. 

Namun pihak hotel dan pemandu wisata melarangnyi. Bule lebih suka dengan tampilan pabrik kuno itu. 

Rangka jati dan genteng yang sudah dipenuhi noda dan debu itu justru jadi magnet wisata. Peralatan yang dipertahankan selama 70 tahun itu juga menjadi keunikan tersendiri. “Ternyata bener. Bule motret di sini sampai berjam-jam. Mereka heran kok ada pabrik tahu tua di tengah kota,” ujar Riani lalu meringis.

Ternyata tahu bisa jadi potensi wisata. Sayang, upaya mendatangkan turis asing itu masih terhalang pandemi. UD Sumber Kencana gagal go international. (Salman Muhiddin)





Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: