Surabaya Carnival, Nasibmu Kini

Surabaya Carnival, Nasibmu Kini

Sektor pariwisata sempat lumpuh total gara-gara pandemi Covid-19. Di Surabaya, kebangkrutan besar menimpa Surabaya Carnival. Warga Surabaya tak bisa menikmati segudang wahana bermain di perbatasan Surabaya-Sidoarjo itu. Kini taman rekreasi tersebut tinggal kenangan.

———

USIA Surabaya Carnival ternyata tak begitu lama. Hanya mampu bertahan enam tahun (2014–2020). Riwayat taman rekreasi di Jalan Ahmad Yani, Dukuh Menanggal, itu sudah tamat.

Padahal, Surabaya Carnival menjadi salah satu ikon wisata khas Kota Pahlawan. Banyak wahana yang dinamai dengan bahasa Suroboyoan. Sebut saja, Omah Mumet, Motor Edan, Uber-uberan, Sepor Sirkus, Gondal-gandul, dan Galeri Suroboyo.

Sekitar 25 wahana itu pun kini sudah hancur lebur. Yang tersisa hanya puing-puing dan bianglala. 

Beberapa waktu lalu tutupnya Surabaya Carnival banyak diperbincangkan di media sosial. Bahkan, sempat viral dan mengundang banyak orang datang ke sana. ”Youtuber yang paling banyak ke sini. Saya langsung ditegur dari atasan. Sudah tidak ada yang boleh masuk ke sini sekarang,” ujar seorang satpam yang sedang berjaga kemarin (17/1).

Harian Disway mencoba menyelinap masuk pelan-pelan ke area tersebut. Dari pos satpam di pintu masuk itu terlihat beberapa benda saja yang masih tersisa. 

Misalnya, globe bintang berwarna merah terbuat dari besi yang masih utuh. Di depannya, ada tenda putih merah khas Surabaya Carnival yang masih menjulang. Namun, hanya tiga bagian depan. Bagian tengahnya sudah jebol. Juga, ada dua alat berat. 

Jalanan yang dulu aspal sekarang berubah jadi tanah. Alang-alang tumbuh liar di bekas tempat parkir kendaraan dan tempat wahana. Besi-besi bekas bangunan berserakan di tanah. Bercampur dengan puing-puing bangunan lainnya. 

Tumpukan sampah itu dikelilingi lima orang. Mereka adalah tukang rongsok. Mengangkuti besi-besi bekas ke mobil pikap. ”Lebih dari satu tahun kerjaan saya di sini,” kata lelaki yang menjadi sopir mobil pengangkut rongsokan itu.

Besi-besi itu dibawa ke gudang mereka di kawasan Kutisari. Selain bermobil, ada tukang rongsok dengan juragan yang berbeda. Kendaraannya pun lebih besar: dump truck kuning. Bahkan, seseorang lain membawa alat las. Langsung ngelas di tempat. ”Kami sudah kontrak dengan pengelola di sini,” lanjutnya.

Banyak yang sehari-hari beraktivitas di sana dengan pekerjaan serupa. Namun, ternyata tidak ada yang tahu lahan itu bakal dialihfungsikan sebagai apa. Termasuk dua satpam yang sedang berjaga. 

Gak ada yang tahu. Di sini tugas saya juga cuma jaga,” kata satpam yang berjaga sejak kali pertama Surabaya Carnival tidak beroperasi. Menurut kesaksiannya, taman rekreasi itu ditutup sejak awal masa PSBB. Lalu, datang alat-alat berat penghancur bangunan jelang akhir 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: