Dua Gus, Satu NU

Dua Gus, Satu NU

TULISAN ini sebetulnya agak telat. Semestinya beberapa minggu lalu. Tapi, saya baru sempat menuliskannya sekarang. Jelang pelantikan pengurus PBNU yang akan berlangsung 31 Januari 2022.

Seperti yang Anda sudah tahu, pengurus harian PBNU 2022–2027 telah diumumkan. Dua orang yang disebut Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf sebagai pendekar muktamar menempati posisi strategis.

Semua orang juga sudah tahu, dua orang itu adalah Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Nusron Wahid. Yang pertama mantan wakil gubernur Jawa Timur dan kini wali kota Pasuruan. Nusron politikus Golkar.

Mereka tulang punggung kemenangan Gus Yahya –demikian ia biasa dipanggil– di Muktamar NU Lampung. Tentu selain adiknya yang juga Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.

Ketiganya kebetulan pernah menjadi ketua umum PP GP Ansor. Sedangkah Gus Yahya sudah sejak lama menjadi konseptor model kaderisasi Ansor yang berlangsung sejak Nusron memimpin organisasi otonom NU itu.

Tampilnya kuartet Gus Yahya, Gus Ipul, Nusron, dan Gus Tutut –panggilan Yaqut– dalam kepemimpinan NU sebetulnya tidak ujuk-ujuk. Tidak tiba-tiba alias mak bedunduk. Mereka merupakan pembentuk sistem pengaderan GP Ansor seperti sekarang ini.

Hasil kaderisasi Ansor konsepsi Gus Yahya telah menghasilkan banyak pemegang tampuk kepemimpinan NU di tingkat cabang. Kader-kader Ansor yang gigih dan loyal. Kader yang sudah terbiasa dengan satu komando.

Dilihat dari dinamika kader Ansor di tingkat cabang itu, kemenangan Gus Yahya di Muktamar Lampung sudah bisa dibaca lebih awal. Apalagi, duet Gus Yahya dan Gus Tutut berhasil membangun kebanggaan baru Ansor lewat jaringan internasionalnya.

Mesin politik Ansor di NU yang dipadu dengan tawaran gagasan yang kuatlah yang menjadikan Gus Yahya Ketum PBNU sekarang. Tawaran gagasan yang disederhanakan lewat tagline ”Menghidupkan Gus Dur” merupakan magnet yang menggiurkan.

Ia bisa melibas isu-isu primordial dan emosional seperti HMI-PMII, Islam liberal, kunjungan ke Israel, dan sebagainya. Gagasan menghidupkan Gus Dur telah menjadikan semua isu yang bersifat emosional itu tak bisa membendung laju Gus Yahya.

Apalagi, secara faktual, Gus Yahya adalah kader ideologis, intelektual, dan politik Gus Dur. Ia pernah menjadi juru bicara Presiden Gus Dur. Juga, mempunyai kompetensi intelektual dan pengembaraan ilmiah yang unik seperti Gus Dur.

Gus Yahya pernah mendapat tempaan lingkungan Muhammadiyah di Kauman, Jogja. Selain sebagai santri di Ponpes Krapyak, Gus Yahya mendapat sentuhan pengembaraan ilmiah di UGM. Juga, beririsan dengan gerakan kemahasiswaan modern.

Karena itu, Gus Yahya lebih mempunyai legitimasi ideologis, akademis, keulamaan, sekaligus geneologi kepesantrenan guna menghidupkan Gus Dur. Ada banyak irisan yang membuat itu semua.

Apalagi, ia berduet dengan Saifullah Yusuf untuk membawa gerbong NU. Di luar kesamaan sebagai anak muda yang dikader langsung oleh Gus Dur, ada yang membuat hubungan antara keduanya istimewa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: