Mesin Apheresis PMI Bisa untuk Donor Trombosit
PMI Surabaya pernah keteteran pada Juni-Juni tahun lalu. Antrean plasma konvalesen (PK) bisa sampai 700 pasien pada serangan gelombang kedua Covid-19 varian Delta. Saat gelombang ketiga sudah di depan mata, PMI sudah tidak khawatir kejadian terulang. Mereka kini justru mengkhawatirkan serangan demam berdarah.
”Stok plasma kita banyak sekali. Yang sekarang banyak dicari itu trombosit,” ujar Humas PMI Surabaya dr Wandai Rasotedja. Permintaan datang bertubi-tubi dari RS Surabaya dan luar kota.
Kasus demam berdarah dengue (DBD) memang mulai mengkhawatirkan. Sepanjang Januari sudah ada satu korban meninggal. Seorang anak di RW 10 Kelurahan Menur Pumpungan, Kecamatan Sukolilo. Dalam sebulan ada 31 kasus DBD di Surabaya. Rata-rata menyerang anak dengan usia 5–14 tahun.
Di Jatim jumlah penderitanya mencapai 1.220 pasien. PMI Surabaya adalah yang terbesar di Jatim dan menjadi tumpuan banyak rumah sakit.
Karena itulah, PMI berharap agar ada makin banyak pendonor. Sebab, DBD bakal tetap meningkat seiring dengan musim hujan. ”Baru mulai mandek ketika sudah masuk kemarau,” lanjut Wandai.
PMI punya mesin 9 unit mesin apheresis. Dua mesin terakhir disumbang PT Matahari Sakti dan PT Sinar Indogreen Nusantara. Namun, mesin yang dipakai untuk pendonor plasma Covid-19 itu sudah tidak dipakai sejak Oktober tahun lalu.
Stok plasma PMI mencapai 1.323 kantong. Namun, mesin-mesin itu bisa jadi kekuatan tersendiri bagi PMI. Pasalnya, mesin apheresis bukan hanya untuk memanen plasma. Mesin itu juga bisa digunakan untuk memisah kandungan dalam daerah seperti trombosit, sel darah merah, leukosit, dan sel punca.
Namun, pendonor kini ditangani secara konvensional. Seperti donor darah biasa. Sebab, jumlah pendonor belum banyak.
Jumlah trombosit yang terkumpul hingga kemarin mencapai 149 kantong. Perinciannya, 72 kantong golongan darah A+, 31 AB+, 40 O+, serta 6 B+. ”Nah, yang B ini yang stoknya tipis,” ungkapnya. (Salman Muhiddin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: