Pemkot Siapkan Makam di Waru Gunung
MAKAM Keputih pernah sibuk sekali Juli tahun lalu. Sampai warga sekitar mengadu ke pemkot. Mereka tidak bisa tidur karena sirene ambulans terdengar 24 jam. Dalam puncak kasus gelombang kedua Covid-19 itu, petugas bisa memakamkan 120 jenazah dalam sehari.
Pemkot membuka tiga blok makam di Keputih. Masing-masing berisi 1.350 jenazah. Kini blok ketiga sudah mulai terisi. Perluasan dibutuhkan segera. “Perencanaan ruang makam harus direvisi. Karena asumsi yang digunakan pemkot belum mempertimbangkan pandemi,” ujar Pakar Perencanaan Wilayah Kota (PWK) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Putu Rudy Setiawan kemarin (9/2).
Tidak ada yang bisa memprediksi kapan pandemi bakal terkendali. Bisa jadi ada varian baru yang lebih mematikan daripada varian Delta yang mengguncang seluruh dunia tahun lalu.
Idealnya, perubahan ruang makam dilakukan dengan merevisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Namun ia melihat prosesnya memakan waktu panjang. Revisi Perda RTRW bisa memakan waktu setahun dengan melibatkan DPRD. Itu pun masih harus melewati proses pembentukan rancangan, program, baru eksekusi.
“Kalau nunggu revisi RTRW, keburu pandemi memuncak lagi,” katanya. Ia menyarankan pemkot segera menentukan lokasi makam baru yang dibuka tahun ini. Ada banyak aset yang bisa digunakan.
Salah satunya ada di Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya). Ada 2.500 hektare lahan hijau yang bisa dipakai untuk makam. Sejumlah lahan sudah dibebaskan pemkot. Selama ini pemanfaatannya lebih banyak untuk hutan raya mangrove.
Nah, aset tambak yang belum dimanfaatkan untuk hutan bisa diperuntukkan sebagai makam. Pemkot tinggal menguruk lahan itu dan membuat akses jalan.
Solusi lainnya adalah mengubah aturan jarak antar makam. Dalam perda jarak minimalnya setengah meter. Putu melihat usul itu bisa dilakukan asalkan kondisi tanah stabil. “Jangan sampai tanahnya ambrol karena jarak terlalu dekat,” ujarnya.
Surabaya bisa meniru DKI Jakarta. Ada konstruksi penahan liang sehingga liang antar makam bisa didekatkan. Cuma, cara ini memakan ongkos lebih besar.
Kepala DLH Surabaya Agus Hebni Djuniantoro mengatakan pemkot sudah memiliki lokasi makam baru di Waru Gunung. Sebagian besar tanahnya sudah dikuasai pemkot. Masalahnya akses tanah menuju makam belum dibebaskan. “Mudah-mudahan prosesnya tidak terkendala,” kata mantan Kabid Administrasi Perekonomian dan Usaha Daerah itu.
Ia bersyukur angka kematian di serangan gelombang ketiga Covid-19 tidak tinggi. Ada satu pasien Covid-19 yang dimakamkan pekan ini. “Dan setelah ditelusuri, beliau belum divaksin. Sedangkan pemakaman non Covid-19 hanya 10 orang per hari,” katanya.
Tahun ini pemkot menganggarkan Rp 40 miliar untuk pembebasan tanah makam. Luasnya mencapai 2,9 hektare. Hebi berharap tidak ada ledakan kematian dalam waktu dekat. (Salman Muhiddin)
Petugas kebersihan di TPU Keputih.
(Foto: BOY SLAMET-HARIAN DISWAY)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: