Reuni, 22 Perupa Melukis di Kanvas Sepanjang 20 Meter

Reuni, 22 Perupa Melukis di Kanvas Sepanjang 20 Meter

Kain kanvas membentang sepanjang 20 meter. Sebanyak 22 perupa bersiap dengan kuas, kanvas, dan kreasinya masing-masing. Acara yang diinisiasi oleh Surabaya Suites Hotel, kemarin (12/2) berlangsung semarak.

 

PUKUL sebelas siang, ruang utama bagian tengah Surabaya Suites Hotel tampak sibuk. Beberapa orang seniman menggelar kain terpal sebagai alas, kemudian di atasnya digelar kain kanvas sepanjang 20 meter.

Perlengkapan melukis disediakan di sekitar bentangan kanvas tersebut. Sebanyak 22 perupa bersiap. Acara siang itu sekaligus merupakan ajang reuni para perupa tersebut. Setelah sekian lama vakum berpameran karena pandemi Covid-19. Firman S Permana, General Manajer Surabaya Suites Hotel, menyambut aksi mereka dengan antusias.

Bagi Firman, kesehatan manusia sangat berharga. Baik fisik maupun mental. Nah, kalau kesehatan fisik dijaga dengan menjalankan protokol kesehatan, aktivitas melukis bersama ini menunjang ketenangan jiwa. ’’Melukis, melihat karya lukisan, sama saja dengan upaya healing bagi kesehatan jiwa. Membuat hati jadi tenang,’’ tuturnya.

Salah seorang perupa, Pak T. Kamajaya (50) melukis di kanvas sepanjang 20 meter di Surabaya Suite Hotel, kemarin (12/2).

Kegiatan tersebut sebenarnya merupakan rangkaian acara pameran lukisan Renjana Ingati yang telah berlangsung sejak 2 Februari lalu. Pameran yang mengetengahkan berbagai gaya lukisan dari 22 orang perupa dari berbagai daerah di Jawa Timur.

Perupa Taufik Kamajaya, misalnya, yang dikenal dengan lukisan wayang, melukis sosok Kumbakarna. Salah satu tokoh dalam wiracarita Ramayana. Sosok raksasa yang baik hati sekaligus teguh memegang prinsip. Ia digambarkan sedang membayangi seekor harimau. Sedangkan di bagian bawahnya ia melukis Reog Ponorogo.

’’Sesuai dengan tahun ini, tahun harimau dalam astrologi Tiongkok,’’ kata Taufik. ’’Harimau kan hewan yang agresif. Raja hutan. Saat berburu, ia mengendap-endap, mengintai, hingga akhirnya menyergap buruan. Dan berhasil,’’ ujarnya.

Budaya Jawa juga banyak menggunakan harimau sebagai simbol kekuatan dan keteguhan. Sebagaimana tampak dalam tradisi Reog Ponorogo. ’’Sama dengan Kumbakarna. Dia teguh, membela negaranya sampai titik darah penghabisan,’’ tambah perupa 71 tahun itu.

Pingki Ayako, perupa perempuan muda, juga melukis harimau di sebagian kanvas tersebut. Warnanya yang kuning bergaris-garis hitam, membuat seorang kawan perupa nyeletuk, ’’Pink, iku macan ta Marsupilami,’’ tukasnya, kemudian tertawa. Di mata sang kawan, motif dan warna tubuh harimau buatan Pinky dari jauh tampak seperti tokoh kartun Marsupilami. Keduanya lantas tergelak bersama. Gayeng. Hangat.

Perupa Budi Bi tak mau ketinggalan. Ia melukis harimau yang sedang berjalan di atas air. Harimau tersebut menyeringai sembari melangkahkan cakarnya. Menciptakan buih-buih yang digambarkan cukup detail. ’’Sesuai dengan tahun 2022 yang katanya tahun Macan Air. Makanya harimaunya saya lukiskan sedang menyeberang,’’ ungkap perupa 44 tahun tersebut.

Pelukis perempuan Esti S Adrian, sementara itu, masih setia dengan lukisan bunga dan kupu-kupu yang mengitarinya. Latar kuning cerah dengan gradasi biru pada bagian atasnya. Seperti mencerminkan pemandangan senja yang syahdu. Sayap lebar kupu-kupu dan garis-garisnya juga digambarkan dengan lumayan detail. Semakin ke atas, kupu-kupu beterbangan tampak kecil. Seolah hendak menghampiri kumpulan bunga tersebut.

Yanboo, pelukis 56 tahun asal Surabaya melukis poster seorang perempuan yang berpose dengan gemulai. Bagian sampingnya tertulis Renjana Ingati sebagai tajuk utama pameran lukisan mereka. Sedangkan pelukis muda Nova CF tampak menggambarkan suasana ekspresif Kota Surabaya, lengkap dengan simbol ikan sura dan buaya di bagian atasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: