Kisah Pejuang Kanker di Webinar Inspirasien: Thalita Latief Kuat Demi Anak
Dokter memintanyi ke bagian radiologi. Setelah hasil keluar, dia dirujuk ke bagian onkologi. Perasaannyi langsung tidak enak. Dia familiar dengan istilah onkologi karena punya saudara dengan riwayat kanker.
Ternyata sudah ada sel kanker di kelenjar tiroid. Kakinya langsung lemas. Tak pernah dibayangkan bahwa sel kanker itu sudah tumbuh 1,2 centimeter. ”Saya menangis tidak tahu harus bagaimana,” ujar perempuan kelahiran 6 Desember 1988 itu.
Dokter harus melakukan operasi. Thalita sangat khawatir. Sebab kelenjar tiroidnyi sangat dekat dengan pita suara. Sebagai aktris dan MC, suara sangat penting baginyi. Namun semua rasa takut itu bisa dilawan demi sang buah hati. ”Anak saya masih kecil masih enam tahun. Itulah kekuatan saya. Kanker bukanlah akhir,” sebut pemain film Lawang Sewu: Dendam Kuntilanak tersebut.
Setelah sembuh dia memetik banyak sekali hikmah dibalik kanker itu. Dia merasa kisah hidupnya bisa berguna bagi para penderita kanker. Yang mulanya penakut, kini jadi pemberani. ”Saya ini bangga. Bukan karena kankernya. Tapi bangga jadi pejuang,” sebut Thalita.
Dokter Alvita Dewi Siswoyo Marpaung mengatakan, deteksi dini kanker tiroid bisa dilakukan. Bahkan lebih mudah ketimbang kanker hati. Dia meminta peserta webinar mengecek bagian lehernya. “Kalau ada benjolan, segera periksa ke dokter untuk deteksi dini,” ujar alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran itu.
Alvita sebenarnya juga penyintas kanker. Di usia setahun ia harus kehilangan sebelah bola mata akibat kanker retina atau retinoblastoma. Di usia remaja, ia berjuang melawan Primitive Neuroectodermal Tumor (PNET), sejenis Ewing Sarcoma stadium 3 yang membuatnyi sulit berjalan. Namun dia sudah membuktikan bahwa kanker bisa ditaklukkan. Bahkan kini dia berhasil menjadi dokter spesialis kedokteran nuklir yang kini dibutuhkan untuk percepatan penanganan kanker. Jadi, ayo kalahkan kanker! (Salman Muhiddin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: