Di Balik Perang Rusia-Ukraina: Demi Popularitas Putin di Dalam Negeri

Di Balik Perang Rusia-Ukraina:  Demi Popularitas Putin di Dalam Negeri

Rusia meningkatkan ekskalasi serangannya ke Ukraina. Pasukan Putin telah menyerang Kiev, ibu kota Ukraina. Apakah ketegangan dua negara itu bakal berlangsung lama? Berikut wawancara Harian Disway dengan pakar Hubungan Internasional Universitas Airlangga I GEDE WAHYU WICAKSANA.

---

Bagaimana sebetulnya penyebab Rusia-Ukraina ini tegang lagi?

Cukup kompleks. Tapi, sekaligus sederhana. Memang ini karena dorongan dari dalam negeri yang dihadapi Putin.

Dorongan seperti apa itu?

Masa pandemi ini kan melemahkan negara-negara di dunia, termasuk Rusia. Nah, Putin juga tak punya kebijakan-kebijakan yang jelas dalam menghadapi pandemi. Akhirnya pemimpin-pemimpin negara bagian di Rusia mulai tak percaya lagi kepadanya. Kontrol Putin ke mereka melemah.

Apakah ekonomi Rusia kuat selama pandemi Covid-19 ini?

Tidak. Justru ekonomi Rusia juga sedang tidak bagus. Proyek pipa gas dengan investasi dari Jepang juga terganggu. Rusia yakin bisa jual sputnik, tapi ternyata antusias masyarakat internasional rendah.

Orang Rusia sendiri banyak yang harus dikasih makan. Ada sekitar 14 juta orang Rusia di bawah garis kemiskinan. Persoalan kemiskinan struktural tak terelakkan. Banyak remaja di sana yang terlibat prostitusi. Terutama di bagian timur berbatasan dengan pasifik.

 Kenapa malah memutuskan perang?

Nah, gabungan-gabungan masalah itulah yang menjadi faktor pendorong. Perang hanya dijadikan sebagai bagian dari strategi Putin untuk mengembalikan kepercayaan publik saja. Karena pamor Putin sekarang ini rendah sekali.

Apakah ini akan berlangsung serius?

Kalau boleh saya katakan, ini sekadar gertakan. Drama untuk meramaikan politik dalam negeri di Rusia yang sedang menyudutkan Putin. Popularitas Putin sangat rendah. Oposisi menguat di sana. Apalagi saat krisis ekonomi Covid-19 seperti saat ini. Putin memang mendapat kekebalan hukum dari parlemen. Tetapi, yang jadi persoalan, underground movement di sana didukung penuh oleh Amerika Serikat.

Jadi, konflik dua negara itu segera berakhir?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: