Light Painting Impresionisme Gaya Hamid Nabhan
Lukisan impresionisme masih banyak digemari. Memiliki estetika khas sekaligus penanda sejarah atas kegairahan seni rupa The Paris Salon yang digawangi Claude Monet pada ’1870-1880an. Hamid Nabhan adalah salah satu perupa yang setia dengan genre itu.
Teori warna Newton yang dijabarkan dalam bukunya, Optics (1704), sangat berjasa bagi munculnya aliran seni rupa impresionisme. Warna, sejatinya berasal dari cahaya. Cahayalah yang membuat sebuah benda memunculkan warnanya.
Buktinya, Newton melakukan eksperimen dalam sebuah ruang gelap. Ia menyorotkan seberkas cahaya putih matahari dan menerpa sebuah prisma. Cahaya yang tampak tak berwarna itu sebetulnya berwarna.
Ketika prisma mengurainya akan tampak sebagai cahaya berwarna-warni. ”Aliran impresionisme mengusung keakuratan warna berdasarkan cahaya yang menimpa sebuah objek. Tak lepas dari teori warna Newton,” ujar Hamid Nabhan, perupa yang menekuni genre tersebut.
Akurasi warna maksudnya bukan warna yang mirip dengan apa yang dilihat. Melainkan, akurasi warna sebagai cahaya yang sesungguhnya, tanpa dipengaruhi pigmen objeknya. Sehingga warna bayangan dalam lukisan impresionisme adalah ungu, bukan hitam.
Warna dedaunan bisa saja orange, bukan hijau. ”Semua itu karena pelukis impresif menangkap kesan cahaya, keakuratan cahaya yang terjadi pada kurun waktu tertentu. Bisa pagi, siang, sore atau malam, atau bahkan musim tertentu,” ungkapnya.
Memang perupa impresionisme dianggap mengorbankan keakuratan bentuk. Tak seperti realisme yang cenderung fotografi karena lebih berfokus pada kesan cahaya beserta pantulannya, dan sebagainya.
Namun, justru kesan pencahayaan yang dapat dituangkan dalam media melukis itulah yang menjadi keistimewaan lukisan impresionisme.
Dalam sejarah, kemunculan impresionisme yang diusung Monet dan The Paris Salon menuai kritikan dari kurator kenamaan Perancis, Louis Leroy. Menurutnya, lukisan kelompok tersebut terasa dangkal, kurang detail, tak realistik dan hanya mengutamakan impresi saja.
”Namun justru kritikus lain menentang. Bahkan impresionisme berhasil menjadi kegairahan baru dalam dunia seni rupa pada masa itu,” ungkap pria asli Surabaya itu.
Warna dalam lukisan impresionisme bertolak belakang dengan kecenderungan palet warna pada masa itu. Sapuan kuas yang cepat, spontan demi menuangkan kesan cahaya, tak jarang meninggalkan jejak atau marka pada kanvas yang terlihat kontras.
”Biasanya melukis impresionise menggunakan teknik kuas brush stroke. Saya dulu begitu. Tapi belakangan ini saya mendalami valet. Lebih estetik hasilnya,” terangnya.
Meski sama-sama mengusung genre impresionisme, gaya atau kecenderungan tiap seniman pasti berbeda-beda.
Demikian pula dengan Hamid. Karya-karyanya memiliki karakter musim kemarau di tanah tropis. Baginya, kondisi alam ketika kemarau menghasilkan estetika kontras atau contrass aestetic.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: