Dahlan Tantang Dosen Tulis Sejarah Hidup

Dahlan Tantang Dosen Tulis Sejarah Hidup

Gairah menulis yang tinggi memang hanya bisa dimiliki dari latihan rutin. Apalagi di era informasi yang serbadigital. Itulah tema yang diusung dalam pelatihan jurnalistik Prodi Bahasa Inggris Politeknik Negeri Malang kemarin (1/3).

”Sekarang adalah zaman kebebasan untuk menulis. Siapa saja bisa jadi penerbit,” ujar founder Harian Disway Dahlan Iskan, membuka acara pelatihan yang diikuti para dosen dan mahasiswa secara virtual itu. Sebab, medianya lebih luwes dan beragam. Semua orang bisa memuat tulisan apa pun, kapan pun, melalui akun media sosial mereka.

Itulah kemewahan yang dimiliki para penulis zaman now. Otoritas penerbitan tidak lagi dimonopoli media massa. Hanya ada satu tantangan besar bagi para penulis yang serius. Yakni, bagaimana tulisan mereka bisa dibaca sebanyak-banyaknya orang.

Menurut Dahlan, ada syarat agar sebuah tulisan bisa mendapat banyak pembaca. Salah satunya harus mengandung keseimbangan dua unsur: menarik dan penting. ”Kalau dulu tulisan bagus berorientasi what it mean to us. Ada manfaat bagi orang banyak,” paparnya.

Namun, hal itu bergeser di era digital. Tulisan yang menarik justru berorientasi pada what it mean to me, ’apa arti tulisan itu bagi subjektif para penulis’. Dengan demikian, gairah menulis ternyata juga bisa dimulai dengan sederhana.

Karena itu, Dahlan menantang para peserta pelatihan. Mereka harus membuat daftar tentang hal-hal bersejarah apa yang pernah mereka alami. Ia meyakini, pasti ada pengalaman menarik dari setiap individu. Setidaknya sejarah kecil bagi kehidupannya sendiri. Syukur juga berguna untuk orang lain.

PAPARAN MATERI Dahlan Iskan pada pelatihan jurnalistik Politeknik Negeri Malang kemarin.
(Foto: Politeknik Negeri Malang untuk Harian Disway)

Pada pelatihan hari pertama itu juga muncul pertanyaan menarik dari Hiqma Nur Agustina. Yakni, tentang strategi pemilihan media untuk menerbitkan tulisan. Dia merasa dilema memilih media. Antara website/blog pribadi atau media massa online lainnya. Di blog pribadi belum tentu mendapat banyak pembaca. Sementara itu, jika dimuat ke media massa, tulisan harus menyesuaikan dengan media tersebut. ”Saya kira di dua tempat tidak masalah. Karena filosofinya harus mengejar kuda dengan kuda,” jawab Dahlan.

Sebelum pelatihan kemarin, Kamis (24/1), delegasi Politeknik Negeri Malang bertandang ke Harian Disway. Rombongan itu dipimpin Kaprodi D-4 Bahasa Inggris untuk Komunikasi Bisnis dan Profesional Siti Rohani. Dua dosen turut serta, yakni Asa Wisesa Betari dan Garindra Muhammad. Sedangkan Pembantu Direktur 4 Bidang Kerja Sama Ratih Indri Hapsari mengikuti secara virtual melalui Zoom.

Mereka meneken nota kesepahaman dan surat perjanjian kerja sama dengan Direktur Utama Harian Disway Tomy C. Gutomo. Wujud kerja sama itu, salah satunya, adalah magang. Baik magang oleh mahasiswa maupun dosen. (Mohamad Nur Khotib)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: