Tiga Kali Melasti selama Pandemi Tak Kurangi Esensi

Tiga Kali Melasti selama Pandemi Tak Kurangi Esensi

Pandemi Covid-19 yang sudah masuk tahun ketiga ikut mengubah tata cara dalam ritual peribadatan. Termasuk Melasti yang dilaksanakan di Pura Segara Kenjeran pada 28 Februari kemarin.

Sudah tiga kali ini Melasti dilaksanakan selama masa pandemi. Menurut ketua Pura Segara Kenjeran Wayan Wijana, pelaksanaan ritual tersebut semestinya digelar di pantai terdekat.

Sebagaimana menurut pengertiannya Nganyudang malaning gumi ngamet tirta amertha yang berarti menghanyutkan atau membuang segala kotoran alam menggunakan air suci.

Kotoran itu berupa segala dosa. Baik dalam diri manusia (wan alit) maupun di alam dunia (wan agung). Diikuti pembersihan pratima atau pralingga dan alat-alat persembahyangan lainnya.

Namun tata cara pelaksanaan ritual itu berubah karena pandemi. Hanya boleh digelar di pura. ”Tidak masalah. Sesuai anjuran pemerintah. Demi keselamatan bersama di masa pandemi,” ungkapnya.

Meski begitu pelaksanaan Melasti di pura tak mengurangi esensi ibadah. Misalnya, air yang dipakai untuk penyucian tetap diambilkan dari laut. ”Sehari sebelumnya, kami adakan upacara pengambilan air itu bersama 2-3 orang,” lanjutnya.

Sebab, air laut itu berkait erat dengan esensi ritual yakni diyakini sebagai sumber tirta amerta. Segala kotoran apa pun akan larut ke samudera. Segala dosa mendapat pengampunan.

Para jemaat yang hadir di Pura Segara Kenjeran terhitung ratusan orang. Tidak hanya dari Surabaya. Tetapi dari daerah sekitar. Seperti Mojokerto, Gresik, dan Sidoarjo. Mereka duduk bersila memenuhi halaman luar pura.

Setelah mendapatkan cipratan air suci, salah seorang jemaat ini menagkupkan kedua tangan untuk merapal doa-doa sambil membasuhkannya ke muka. Beberapa di antaranya bahkan meminumnya.

Sembahyang makin hening saat pratima diusung dari dalam pura ke beji. Dua wanita pembawa kendi berisi air suci berjalan mengelilingi mereka. Sambil menciprat-cipratkan air ke atas kepala mereka.

Para jemaat yang mendapatkan cipratan itu pun langsung menengadahkan kedua tangan. Merapal doa-doa hingga membasuhkan air suci itu ke muka. Beberapa di antaranya meminumnya. ”Ayo diminum, berkah alam semesta,” ucap seorang pembawa kendi itu.

Wayan mengatakan bahwa para jemaat muda didominasi oleh para perantau. Paling banyak dari kalangan mahasiswa. Khususnya mereka berasal dari Bali yang sedang menempuh pendidikan tinggi di Surabaya. ”Mereka yang tidak bisa pulang ke Bali ya ibadah di sini,” jelas Wayan.

Melasti merupakan rangkaian ibadah menjelang Hari Raya Nyepi. Setelah itu, besok bakal disambung lagi dengan ibadah Tawur Agung. Juga diselenggarakan di pura. Tepat H-1 sebelum Nyepi.

”Akhirnya ya ke sini lagi. Saya bareng sama teman-teman kampus,” kata Ni Putu Novi Cahyani, mahasiswi Koas Kedokteran Universitas Widya Mandala. Tahun ini, perempuan asli Bali itu sudah kali kedua melaksanakan ibadah Melasti di Pura Segara Kenjeran. (Heti Palestina Yunani-Mohamad Nur Khotib)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: