Perang Rusia-Ukraina Bikin Emas Batangan Tembus Rp 1 Juta

Perang Rusia-Ukraina Bikin Emas Batangan Tembus Rp 1 Juta

HARGA emas batangan di Pegadaian kompak naik kemarin (6/3). Bahkan harga emas Antam dari berbagai varian hingga emas UBS sudah menembus Rp 1 juta per gram.

Kenaikan harga emas di Pegadaian tidak bisa lepas dari pergerakan harga emas dunia. Sepanjang pekan ini, harga emas membukukan kenaikan 4,37 persen secara point-to-point (PTP). Sedangkan dalam sebulan terakhir, harganya melejit 8,8 persen.

Pakar Ekonomi Universitas Airlangga Gigih Prihantono melihat kenaikan itu sebagai hal wajar. Invasi Rusia ke Ukraina selama hampir dua pekan terakhir jadi penyebabnya. “Dalam situasi begini, investor mikirnya simpel. Mana yang returnya paling tinggi,” ujar Gigih kemarin.

Perang dan ketidakpastian global membuat membuat investor tidak mau melirik aset-aset berisiko. Emas sebagai safe-haven assets jadi pilihan utama berinvestasi. Gigih mengatakan, kondisi ini pernah terjadi di awal pandemi 2020.

Pada 27 Juli 2020 rekor harga tertinggi emas terpecahkan. Hari itu harga emas mencapai USD 1.943,92 per troy ons.  Rekor 6 September 2011 sebesar USD 1.920,3 per troy ons yang bertahan nyaris satu dekade terpecahkan. Bahkan pada Agustus 2022 harga emas sudah melampaui USD 2.000 per troy ons.

Menurut Gigih, harga emas bisa terus naik apabila konflik di Ukraina berkepanjangan. Ia melihat Rusia dan Ukraina sama-sama keras kepala. Belum ada titik temu antara kedua negara.

Lalu apa sarannya untuk para investor saat ini? Apakah harus beli emas sekarang? “Sebenarnya agak telat ya kalau sekarang. Harga sudah tinggi. Tapi prospek itu masih ada. Tergantung kapan selesainya pertempuran Ukraina-Rusia itu,” jelasnya.

Meski begitu, emas tetap menjadi aset paling aman dari risiko inflasi. Pasokannya terbatas, sehingga harga tetap cenderung naik. Pada 2015 harga emas masih Rp 400 ribu per gram. Kini peningkatannya sudah lebih dari dua kali lipat.

Selain emas Gigih melihat potensi investasi ada di sektor minyak. Harga minyak jenis brent ditutup di USD 118,11 per barel. Melejit 6,93 persen dibandingkan hari sebelumnya sekaligus menjadi rekor tertinggi sejak Februari 2013.

Rekor juga terjadi pada minyak jenis light sweet yang menembus USD 115,68 per barel. Harganya naik 7,44 persen dan memecahkan rekor Agustus 2008. Dalam satu pekan terakhir, harga brent dan light sweet sudah melonjak masing-masing 25,49 persen dan 26,3 persen. Sedangkan dalam setahun terakhir naiknya mencapai 70,29 persen dan 75,03 persen.

“Pantas naik karena Rusia salah satu eksporter minyak terbesar di dunia,” lanjut Gigih. Rusia menjual 4-5 juta barel minyak per hari. Capaian ini menjadikan Rusia penghasil minyak bumi kedua di dunia. Mereka cuma kalah dari Saudi Arabia.

Aset kripto atau cryptocurrency juga terus bergerak berlawanan dengan pasar saham di tengah perang yang semakin intensif di Ukraina. Kripto jadi aset safe haven yang terdesentralisasi, netral, dan algoritmik.

Para pendukung kripto telah menggembar-gemborkan fungsi aset terdesentralisasi ini selama bertahun-tahun. Nilainya lebih aman saat terjadi konflik dan inflasi. Sebab sifatnya tanpa batas dan pasokan tetap. “Kemungkinan (kenaikan emas,red) diikuti kenaikan kripto koin. Rusia punya kurs kripto currency cukup besar. Ini jadi safe haven-nya orang Eropa,” lanjut Gigih.

Ferdian Timur Satyagraha 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: