Yang Bekas Lebih Guyub
Komunitas bersepeda kian banyak. Yang ini namanya Sepeda Onthel Rombeng Pos 30. Mereka yang tergabung ini boleh dikata adalah pesepeda yang nyentrik. Mengingat sepeda yang dipakai harus bekas. Mengapa begitu?
Dari namanya, orang dibuat tahu kalau sepeda pancal mereka rombeng alias bekas. Nah kalau Pos 30? Menurut Ghalih Dhimas Prakoso, salah seorang anggota, pos tersebut adalah titik kumpul yang dituju sebelum semua anggota berangkat gowes beramai-ramai.
”Pos itu rumah Pak Pantja Irawan, Ketua RT 2 kami. Rumahnya di Jalan Kaliasin Gang 2 Nomor 30. Di sanalah para anggota kami sering bertemu. Biasanya aktivitas di sana lebih ramai pada hari Minggu atau hari libur,” ujar Galih.
Saat menamai komunitas, nama Pos 30 itu pun ikut disematkan. Jadilah Sepeda Onthel Rombeng Pos 30. Begitu.
”Biasanya komunitas pesepeda dibangun karena kesamaan sebagai penggemar jenis sepeda tertentu kan, nah Pos 30 didirikan justru karena tak ada fanatisme terhadap sepeda merek tertentu,” katanya.
Selain dilandasi sama-sama senang berolahraga, tentunya. Sesuai namanya yang bergabung memang harus pakai sepeda bekas. ”Misalnya sepeda yang kelamaan di rumah dan tidak dipakai lagi. Sepeda yang seperti itu masih bisa diperbaiki untuk dipakai lagi,” ungkapnya.
Meskipun rute yang diambil tidak jauh-jauh, yang penting temanya dikonsep serius agar acara gowes menjadi agenda tepat untuk menambah wawasan terkait ragam Kota Pahlawan. Pakai seragam pula, keren kan.
Karena hanya yang rombeng, maka bila ada yang berencana membeli sepeda baru untuk gowes, sudah pasti akan jadi sasaran ledekan dan candaan sesama anggota.
”Wah, sepedae kudu disowek-sowek sik cik kethok koyo sepeda bekas, rek. Gitu sih istilahnya. Jadi mau tak mau yang bergabung ya harus pakai sepeda bekas. Itu pakem,” tuturnya, lalu tertawa.
Mereka meyakini bahwa untuk hidup sehat dengan gowes, sebenarnya tak perlu berbiaya mahal. Apalagi mereka prihatin ketika hobi gowes booming, harga sepeda pun melambung tinggi. Persaingan antar-pemilik sepeda mahal tak terhindarkan. ”Jadi enggak perlu menuruti gengsi beli sepeda baru bermerek terkenal lah. Kalau bisa menggunakan sepeda bekas mengapa enggak,” ujarnya.
Komunitas ini sebenarnya baru saja resmi berdiri. Tepat pada tanggal cantik 22 Februari 2022. Semula hanya untuk memfasilitasi hobi gowes warga Kampung Kaliasin, Surabaya. Sebagian besar sudah lanjut usia. Selain anak-anak muda.
Sebelum gowes, mereka selalu berkumpul di Pos 30. Tujuannya saling membantu kesiapan para peserta. Terkait kesehatan fisik dan kondisi sepeda yang dipakai. ”Anak-anak mudalah yang harus siap membantu memperbaiki jika ada kendala,” ungkap pria 31 tahun itu.
Foto bareng saat bersepeda ke kawasan Surabaya Kota Lama di Jalan Gula. Para anggota yang tidak tahu tentang kawasan bersejarah tersebut, mengaku sangat senang dengan acara gowes yang diarahkan ke sana.
Saat gowes, rute ditentukan hanya fokus menyusuri Kota Surabaya. Itu semata agar anggota lebih tahu seluk beluk kotanya sendiri. Utamanya terkait peninggalan-peninggalan bersejarah dan wisata di titik-titik Surabaya Kota Lama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: