Big Data Menggoyang Politikus

Big Data Menggoyang Politikus

Digambarkan, Pilpres 1876 membuat empat negara bagian mengirim daftar pemilih yang bersaing ke Electoral College, lembaga konstitusional pemilih presiden. Masih juga deadlock.

Akhirnya cair setelah Tilden setuju mengalah. Dengan imbalan kesepakatan yang menentukan untuk menarik pasukan federal keluar dari selatan. Juga, mengabaikan perlindungan budak yang baru saja dibebaskan.

Indonesia bukan AS. Walaupun sebelas indikator versi Crisis Group itu banyak yang mirip dengan kondisi Indonesia sekarang. Tanda-tanda bahaya.

Apa pun jalan yang bakal ditempuh pihak berwenang harus berpihak kepada kepentingan rakyat. Dalam arti yang sebenarnya. Aman dan makmur.

Bukan ”kepentingan rakyat” yang sering diucapkan politikus. Yang hanya manis, dari bibir yang bau busuk. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: