Targetkan Seribu OPOP Tahun 2024

Targetkan Seribu OPOP Tahun 2024

PARA santri memang diamanati spirit jihad. Dituntut untuk selalu relevan dengan zaman. Menjadi bagian pembangunan. Tidak hanya secara spiritual, tetapi juga harus menyentuh semua aspek. Khususnya ekonomi.

Berangkat dari situ, Pemprov Jatim menciptakan program One Pesantren One Product (OPOP). Khusus untuk menyalakan jiwa kewirausahaan di dunia pondok pesantren (ponpes). Menyasar tiga segmen: para santri (santripreneur), ponpes (pesantrenpreneur), dan masyarakat sekitar ponpes (sociopreneur).

”Ini dalam upaya membangun kemandirian pesantren. Jadi, juga harus dioptimalisasi,” ungkap Pj Sekdaprov Wahid Wahyudi dalam acara Silaturahmi dan Temu Bisnis Pesantren Peserta OPOP 2022 Bersama Gubernur Jatim di Grand Dafam kemarin (23/3).

Pertemuan yang dihadiri 260 perwakilan pesantren itu bakal berlangsung dua hari. Ada dua bahasan pokok. Tentang optimalisasi OPOP dan perumusan program-program pada 2023.

Menurut Wahid, santripreneur perlu dirancang untuk pendidikan kompetensi dan kewirausahaan para santri. Harapannya, mereka bisa menjadi pelopor gerakan start-up di Jatim. Minimal punya kemampuan menganalisis pasar.

Dengan demikian, para santri bisa membaca peluang pasar. Lalu, memanfaatkannya dengan fasilitas yang ada. Misalnya, menggencarkan promo produk melalui media sosial. Boleh berupa produk barang maupun jasa.

Sementara itu, pesantrenpreneur fokus pada pemberdayaan pesantren sebagai lembaga. Dengan program OPOP, harus ditemukan pemimpin yang tepat. Tidak ditunjuk, tetapi dipilih warga pesantren sendiri.

”Pemimpinnya harus mencerminkan sosok CEO (chief executive officer),” ujar Wahid yang juga menjabat ketua OPOP Jatim itu. CEO harus punya kemampuan manajerial yang baik. Untuk mengembangkan perekonomian dan jaringan pesantren.

Apabila dua poin itu berjalan, sociopreneur bisa tersentuh. Alias turut menggerakkan masyarakat sekitar pesantren. Yakni, untuk melibatkan mereka dalam proses produksi. Dengan begitu, misi besar dari OPOP terwujud.

Sejauh ini tercatat 550 pesantren yang bergabung dalam program OPOP. Tahun ini bakal bertambah 200 pesantren lagi. Dan pada 2023 ditambah lagi 250 pesantren. Dengan begitu, sebelum 2024 sudah ada minimal 1.000 pesantren yang tergabung OPOP.

Pilot project OPOP bermula dengan melibatkan 30 pesantren pada 2018. Salah satunya, Ponpes Langitan Tuban. Mereka punya produk OPOP andalan. Di antaranya, nasi kebuli, nasi mandi, nasi bukhori, dan nasi biryani.

Produk itu pun terpilih untuk dipamerkan pada Jatim Fair tahun lalu. Dikemas dengan berbagai varian yang cukup menarik. Harganya pun dibedakan berdasar berat kemasan. Yang 300 gram dipatok Rp 35 ribu dan yang 450 gram dipatok Rp 55 ribu.

Semua produk itu dipasarkan melalui pasar online. Terutama melalui media sosial maupun marketplace. Bahkan, hanya beberapa yang didistribusikan di toko-toko. Apalagi selama masa pandemi Covid-19 ini.

Selain itu, mereka menyediakan program untuk dropshipper. Siapa saja boleh membantu untuk menjualkan produk. Tanpa terlebih dulu mengulak dengan uang pribadi. Sistemnya tinggal mencari pembeli, lalu agen Ponpes Langitan bakal mengirim produknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: