Reshuffle Konsolidasi Politik

Reshuffle Konsolidasi Politik

-Ilustrasi: Reza Alfian Maulana-Harian Disway-

INI adalah reshuffle ketujuh era Jokowi. Apakah kocok ulang kabinet kali ini akan membuat kinerja pemerintah lebih baik?

Zulkifli Hasan yang diangkat sebagai menteri perdagangan duduk di kursi panas. Pos itu menjadi sorotan publik. Hampir semua harga kebutuhan sehari-hari terus menjulang.

Kasus minyak goreng yang membuat menteri sebelumnya, Muhammad Lutfi, terpleset juga belum ada ujungnya. Harga minyak goreng di negeri penghasil sawit terbesar di dunia ini belum kembali ke harga seperti bulan-bulan sebelum ribut-ribut itu.

Sekarang saja, harga minyak goreng kemasan di angka Rp 47 ribu hingga Rp 50 ribu per 2 liter. Meroket hampir dua kali lipat jika dibandingkan dengan sebelum ontran-ontran yang berkisar Rp 25 ribu–Rp 28 ribu. Bila Sabtu-Minggu, ibu-ibu bisa mendapatkan Rp 22 ribu per dua liter.

Inilah ujian menteri Zul. Minyak goreng akan menjadi salah satu parameter untuk menguji keberhasilannya. Bisa tidak, membuat ibu-ibu senang dengan harga minyak goreng yang kembali normal.

Selain itu, mampukah meredam liarnya harga kebutuhan pokok. Sejatinya, persoalan ekonomi saat ini titik pentingnya ialah masalah perdagangan yang lagi genting-gentingnya.

Situasi internasional juga mulai memasuki resesi. Terutama krisis pangan. Beberapa negara diprediksi akan memasuki era sulit. Yang tentu berimbas ke ekonomi dalam negeri.  

Idealnya, pos menteri perdagangan pun dari profesional. Yang juga kuat dengan relasi internasional. PR menteri perdagangan akan sangat berat karena harus mampu meningkatkan ekspor. Harus mampu menjadi sumber income negara selain pajak.

Bila menteri sebelumnya, Muhammad  Lutfi –dari kalangan profesional–  dianggap tak mampu, harus dicari pengganti profesional yang lebih kuat.

Saat ini jajaran menteri perekonomian lebih banyak dari unsur parpol. Menteri Kordinator Perekonomian Airlangga Hartarto (Golkar), Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (Golkar), dan Menteri Pertanian Syahril Yasin Limpo (Nasdem).

Ditambah Mendag Zulkifli Hasan (PAN), makin lengkap jajaran politikus di kompertamen tersebut. Padahal, Jokowi dulu sempat menegaskan pos-pos ekonomi akan diisi profesional.

Bukan meragukan kemampuan politikus. Mereka tentu juga sosok penuh pengalaman. Misalnya, Zulkifli Hasan yang punya pengalaman panjang. Pernah menjadi menteri kehutanan di era SBY. Juga, sudah malang melintang di parlemen. Menduduki kursi pimpinan MPR. Dan kini menjadi ketua umum PAN. Kapasitas Zulkifli Hasan tidak perlu diperdebatkan.

Menjadi persoalan, apakah mereka bisa benar-benar fokus. Kita akan memasuki tahun politik. Tentu, para menteri yang juga pimpinan parpol bakal sibuk dengan banyak fokus. Padahal, Kementerian Perdagangan adalah pos yang sangat banyak PR. Bisa juga disebut urat nadi ekonomi bangsa ini.

Dan, Kemendag adalah pemegang otoritas perizinan ekspor impor. Menteri harus mampu menghadapi mafia perizinan, termasuk dari kalangan politikus. Itu bukan hal mudah. Sudah banyak contoh kasus yang melibatkan politikus.

Kita tunggu kiprah Menteri Zul. Paling tidak dalam 100 hari. Apakah mampu menurunkan harga minyak goreng. Atau, akankah ada strategi meningkatkan ekspor.

Bila ia mampu, akan terkikis kesan reshuffle kabinet kali ini hanya sebagai konsolidasi politik Jokowi. Konsolidasi untuk menjaga semua langkah dan program hingga 2024 akan aman dan lancar.

Bau konsolidasi politik terasa sangat kental. Selain Menteri Zul, dua wakil menteri juga terkesan untuk merangkul sekutu politik. Yakni, Wakil Menteri Ketenagakerjaan Afriansyah Noor yang berasal dari PBB (Partai Bulan Bintang) serta Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang Raja Juli Antoni yang berasal dari PSI.

Afriansyah adalah wakil PBB pertama di kabinet Jokowi. Padahal, mereka termasuk koalisi Jokowi sejak pilpres. Awalnya, nama Yusril Ihza Mahendra sempat disebut sebagai kandidat menteri. Namun, tak pernah muncul. Baru sekarang dapat pos wakil menteri. Penunjukan Afriansyah pun atas rekomendasi Yusril.

Lain halnya dengan Antoni, menempati pos wamen agraria mengganti rekannya sesama PSI, Surya Tjandra. Partai nonparlemen koalisi Jokowi mendapat jatah wamen. Seperti halnya Perindo yang dipimpin Hari Tanoe yang sudah kebagian lebih dahulu sejak awal kabinet, sebagai wamen pariwisata dan ekonomi kreatif. Yang kemudian diduduki anak Hari Tanoe sendiri, Angela Tanoesoedibjo.

Hadi Tjahjanto yang menduduki menteri agraria dan tata ruang dikenal sangat dekat dengan Jokowi. Saat Jokowi menjabat wali kota Solo, Hadi sebagai Danlanud Adi Soemarmo, Solo. Saat Jokowi menjabat presiden, karier Hadi juga meroket. Ia menjadi Sekmil Presiden, KSAU, hingga panglima TNI.

Apakah kesan reshufflle kali ini hanya sebagai konsilidasi politik, bergantung dari para menteri dan wamen yang dilantik itu. Bila mampu bekerja dengan baik, tentu publik akan mengingat sebagai reshuffle yang sangat tepat. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: