Pesisir Utara Jawa Mengkhawatirkan, ITS Gelar Seminar Banjir Rob dan Penurunan Muka Tanah
Pengendara kendaraan bermotor menerjang genangan air banjir rob di Jalan Kalimas Baru, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (18/5). -Julian Romadhon-
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Berita tentang banjir rob menghiasi media massa sebulan belakangan. Kawasan pesisir utara Jawa terendam air laut. Yang paling parah terjadi di Semarang Mei lalu.
Departemen Teknik Geofisika serta Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) menggandeng BMKG dan MAGETI-IAGI membahas persoalan itu.
Mereka menggelar webinar dengan tema Banjir Rob dan Penurunan Muka Tanah pada Sabtu, 18 Juni 2022, pukul 09.00 hingga 12.00 WIB. Peserta bisa mengikuti pembahasannya melalui link ZOOM: Webinar Banjir Rob dan Penurunan Tanah
Dosen Teknik Geofisika ITS, Amien Widodo mengatakan, ada banyak penyebab banjir rob. Mulai karena faktor alam hingga faktor manusia.
Antara lain, kenaikan muka air laut saat pasang, dorongan air, angin, atau swell (gelombang yang bergerak dengan jarak sangat jauh meninggalkan daerah pembangkitnya), badai di laut dan mencairnya es kutub karena pemanasan global.
Menurutnya, fenomena naiknya gelombang laut memang kejadian yang rutin terjadi setiap awal dan pertengahan bulan hijriah. Periode tertentu gelombang laut bisa lebih tinggi dari umumnya. “Banjir ROB bisa meluas dan terus meluas jika kawasan pantai mengalami penurunan muka tanah,” ujar Amien.
Penurunan bisa terjadi pada suatu kawasan yang cukup luas yang bisa terjadi secara alami karena proses tektonik, patahan tumbuh di kawasan endapan delta, ada rongga (gua) di bawah tanah dan konsolidasi.
Faktor lain adalah eksploitasi air tanah yang berlebihan. Saat air tanah terus-terusan disedot, tanah diatasnya bisa turun.
Berdasarkan data Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), kawasan wilayah utara Jawa memang mengalami penurunan yang mengkhawatirkan. DKI Jakarta turun hingga 0,1-8 centimeter per tahun, Bandung 0,1-4,3 centimeter, Cirebon 0,28-4 centimeter, Pekalongan 2,1-4 centimeter, serta Semarang 0,9-6 centimeter.
Pembatasan hingga pelarangan izin pengambilan air tanah bisa menjadi salah satu upaya mencegak penurunan tanah agar tidak makin parah.
“Bagaimana dengan Kota Surabaya? apakah banjir ROB biasa dan atau ada penurunan muka tanah?” tanya Amien. Pertanyaan itu bakal terjawab secara rinci dalam seminar nanti. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: