Desa Wisata Dusun Jeding: Belajar Membuat Ekoenzim dari YouTube

Desa Wisata Dusun Jeding: Belajar Membuat Ekoenzim dari YouTube

TJUPLIK Astuti (dua dari kanan) menceritakan produk ekoenzim kepada Rektor Universitas dr Soetomo (Unitomo) Surabaya Siti Marwiyah (tiga dari kanan) di Dusun Jeding, Desa Junrejo, Batu, Kamis, 16 Juni 2022.-Michael Fredy Yacob-

”Ternyata saya salah saat itu. Seharusnya ditutup rapat. Serta ada kadar pH-nya. Tidak boleh sembarangan. Jadi, saya beli alat pengukur pH. Saya cuma gagal sekali. Setelah itu, saya tidak pernah lagi gagal,” ungkapnyi.

Sejak saat itu, Tjuplik terus melakukan eksperiman untuk membuat ekoenzim. Untuk bisa membuat ekoenzim, dibutuhkan waktu selama tiga bulan. Bahan dasar pembuatannya juga sangat simpel. Hanya air, gula merah, dan kulit buah-buahan atau sayuran.

”Jadi, bahan-bahannya harus 60 persen dari daya tampung wadah. Misalnya wadahnya 100 liter, artinya yang bisa dipakai hanya 60 liter. Karena harus ada ruang untuk udara. Kalau tidak, akan meledak. Karena selama tiga bulan tidak boleh ada kontaminasi udara luar,” jelasnyi.

Tjuplik sudah menghasilkan beberapa ekoenzim. Awalnya, itu hanya dibagi-bagikan kepada orang. Dengan harapan, ada orang di sekitar rumahnyi yang tertarik mau belajar. Sambil dia melakukan eksperimen terkait kegunaan dari ekoenzim yang sudah ada.


TJUPLIK Astuti memperlihatkan ekoenzim buatannyi di rumah di Jalan Aryobebangah No 98, Sidoarjo.-Michael Fredy Yacob-

”Ternyata tidak ada yang mau untuk belajar. Malah mereka pesan untuk membelinya. Dengan berbagai alasan. Karena kesibukan kerja lah dan alasan lainnya. Tapi, dari eksperimen yang saya lakukan, ternyata manfaatnya banyak,” tambahnyi.

Dia juga mencari berbagai literasi kegunaan dari tumbuhan dan buah-buahan di internet. Tak jarang, dia menggabungkan macam-macam jenis kulit tumbuhan dan sayuran. ”Asalkan jangan yang kulitnya keras seperti durian atau yang lainnya,” tambahnyi.

Kini perlahan dia mulai menjual ekoenzim itu dengan berbagai fungsi. Ada yang dijadikan sabun mandi cair dan sampo. Ada juga yang dijadikan untuk pembersih luka atau pembersih ruangan. Bisa juga dijadikan untuk pembunuh kuman dan penghilang bau.

”Berbagai macam khasiat, saya jual dengan harga murah. Saya juga pakai. Tapi, itu baru hasil eksperimen saya. Belum ada kajian ilmiah dari universitas. Tapi, Jumat, 24 Juni 2022, saya dipanggil Dekan Pertanian Universitas dr Soetomo untuk mempresentasikan ekoenzim,” ungkapnyi. (*)

 

Dusun Jeding Jadi Lokasi Pengembangan Ekoenzim. Ikuti edisi besok!

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: