Peredaran Uang Juni 2022 Masih Sehat
Petugas menata uang baru yang baru keluar dari gudang uang di Bank Indonesia, Surabaya, Jawa Timur.-Julian Romadhon-
SURABAYA, HARIAN DISWAY- Peredaran uang dalam arti luas (M2) dalam bulan ke bulan, selalu menunjukkan pertumbuhan ke arah positif. Di M2 Juni 2022 misalnya. Di bulan itu, tercatat tumbuh sebesar 10,6 persen year on year (yoy). Jika dibandingkan dengan Mei di tahun yang sama, juga tetap kuat 12,1 persen (yoy).
Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) sebesar 16,6 persen (yoy) dan uang kuasi sebesar 3,3 persen (yoy). Uang kuasi adalah jenis uang yang tidak dapat dipakai dalam pembayarannya. Karena keterikatan waktu.
Yaitu deposito berjangka dan tabungan. “Pertumbuhan M2 Juni 2022 dipengaruhi oleh akselerasi penyaluran kredit dan perkembangan keuangan pemerintah,” kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono, Jumat 22 Juli 2022.
Penyaluran kredit di bulan tersebut juga tumbuh 10,3 persen (yoy). Angka ini lebih tinggi dibanding dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang hanya di angka 8,7 persen (yoy). Sementara, tagihan bersih kepada pemerintah pusat terkontraksi 14,0 persen (yoy).
Di sisi lain, aktiva luar negeri bersih, terkontraksi 1,7 persen (yoy). Angka itu membaik dibandingkan dengan kontraksi di Mei 2022, yang hanya 2,9 persen. Namun, pertumbuhan M1 di Juni lebih rendah dari Mei sebesar 18,4 persen (yoy).
Itu akibat dari giro rupiah yang juga melambat dari bulan sebelumnya. Di Juni, giro rupiah hanya tumbuh 29,6 persen (yoy). Sementara di Mei sebesar 32,6 persen (yoy). Dana float uang elektronik Juni 2022 tercatat sebesar Rp 9,5 triliun. Dengan pangsa terhadap M1 sebesar 0,2 persen.
Angka itu tumbuh 17,4 persen (yoy). Walau, masih terlihat rendah dibandingkan bulan sebelumnya di angka 18,5 persen (yoy). Tabungan rupiah yang dapat diambil kapanpun mendapat bagian 48,1 persen terhadap M1. Itu, tercatat sebesar Rp 2.167,4 triliun atau tumbuh 11,2 persen (yoy).
Lagi-lagi, angka tersebut masih kalah dengan bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,2 persen (yoy). Uang kuasi yang mendapat bagian 42,6 persen di M2 juga tumbuh melambat dari bulan sebelumnya (yoy). Tercatat Rp 3.356,9 triliun atau tumbuh 3,3 persen. Sementara Mei tumbuh 4,6 persen.
“Perlambatan uang kuasi disebabkan oleh komponen simpanan berjangka dan giro valas. Masing-masing sebesar -1,0 persen dan 21,1 persen. Kontraksi pertumbuhan simpanan berjangka sejalan dengan perkembangan suku bunga yang ditawarkan,” bebernya.
Namun, semua itu terselamatkan dengan peningkatan tabungan lainnya. Dari 18,6 persen (yoy) menjadi 20,2 persen. Juga komponen surat berharga selain saham dengan pangsa 0,3 persen terhadap M2 tumbuh 50 persen (yoy). Sementara di bulan sebelumnya hanya 45,5 persen (yoy).
Juga ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan uang beredar. Mulai dari akselerasi pertumbuhan penyaluran kredit yang tumbuh 10,3 persen (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya yang hanya 8,7 persen (yoy). Percepatan itu karena penguatan penyaluran kredit produktif atau konsumtif.
Keuangan pemerintah juga mengalami kontraksi. Tercermin dari pertumbuhan negatif tagihan bersih sistem moneter kepada pemerintah pusat sebesar 14 persen. Kontraksi aktiva luar negeri bersih juga membaik diangka 2,9 persen (yoy) ketimbang Mei hanya 1,7 persen (yoy). (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: