Fenomena Cacar Monyet yang Menggila, Indonesia Harus Waspada

Fenomena Cacar Monyet yang Menggila, Indonesia Harus Waspada

--

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa cacar monyet sebagai masalah darurat kesehatan global. Peringatan itu disampaikan pada 24 Juli 2022. Sebab penyakit zoonosis (ditularkan dari hewan ke manusia) ini telah menyatroni 78 negara di dunia. Termasuk negara tetangga kita, yaitu Singapura dan Australia.

Setidaknya sudah terdeteksi 18 ribu kasus yang telah dilaporkan dari berbagai negara. Eropa menjadi hotspot penyakit virus ini. Tingkat persebarannya mencapai 70  persen dari seluruh  kasus. Sementara Amerika Serikat mengambil porsi sebesar 25 persen.

Persoalan tidak berhenti sampai di situ. Penyakit cacar ganas ini lebih banyak menyasar pada kelompok penyuka sesama jenis. Terutama adalah pada kaum gay (pria yang berhubungan seks dengan pria) dan memiliki banyak pasangan. Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan penyakit yang disebabkan virus dari genus orthopoxvirus ini, dapat menginfeksi masyarakat umum lainnya. 

Meskipun hingga kini belum ditemukan kasus tersebut di Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) segera meresponsnya. Tingginya risiko penularan pada kaum LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender), memicu kewaspadaan pemerintah untuk melakukan surveilans terhadap mereka. 

Mengapa LGBT?

Istilah LGBT mengacu pada pola ketertarikan orientasi seksual. Pola keterikatan emosional, romantis dan/atau seksual yang relatif berlangsung lama terhadap sesama jenis, bisa disematkan pada kaum homoseks. Lesbian untuk sesama perempuan dan gay pada sesama laki-laki. Fenomena tersebut tidak selaras dengan kaidah umum yang normalnya hanya tertarik dengan lawan jenis (heteroseksualitas).

Orientasi seksual ini juga bisa terjadi pada dua kutub. Baik pada lawan maupun sesama jenis (biseksual). Semua bentuk perilaku ini, akan membawa dampak pada suatu risiko spesifik tertentu. Khususnya terhadap paparan penyakit infeksi menular seksual (IMS). Bahkan saat ini di banyak negara, melarang donor darah dari para gay.

Disebutkan bahwa kelompok/komunitas ini berisiko tinggi terpapar HIV, hepatitis B dan C, sifilis, serta infeksi tertentu lainnya yang dapat ditularkan melalui transfusi darah. Di sisi lain, tingkat penolakan keluarga/lingkungan masyarakat, dapat berdampak buruk pada masalah psikologis dan sosial lainnya. Mereka berisiko 8,4 kali lipat untuk berupaya melakukan percobaan bunuh diri.

Sisi lainnya, risiko mengalami depresi meningkat hingga 5,9 kali lipat. Penyalahgunaan obat-obat terlarang serta melakukan hubungan seksual tanpa kondom, bisa meningkat risikonya hingga 3,4 kali lipat. Data riset tersebut dilakukan pada masa remaja dengan membandingkannya terhadap individu lainnya yang relatif bisa diterima di lingkungan keluarganya. 

Hasil penelitian yang dilakukan di 16 negara itu memperoleh hasil yang cukup mengejutkan. Sebanyak 528 kasus cacar monyet yang terjadi sejak akhir April hingga akhir Juni 2022, telah dipublikasikan dalam New England Journal Medicine (NEJM) tanggal 21 Juli 2022. Jurnal medis tertua dan sangat kredibel tersebut memaparkan, bahwa sebanyak 98 persen kasus yang diteliti tersebut adalah gay atau laki-laki biseksual.

Sebanyak 41 persen kasus, disertai pula dengan Infeksi Human immunodefeficiency virus (HIV). Umur rata-rata mereka ada pada kisaran 38 tahun. Kesimpulan riset tersebut menyatakan, penularan melalui aktivitas seksual terjadi pada 95 persen kasus.


Menurut WHO, vaksinasi massal untuk cacar monyet saat ini belum diperlukan. Namun direkomendasikan khususnya pada seseorang yang kontak dengan sumber penularan dan kelompok risiko tinggi. Tindakan preventif ini disesuaikan dengan kebijakan pemerintahnya --

Cacar Monyet

Kini cacar monyet (monkeypox) telah menyebar luas ke luar area endemis. Fenomena ini tidak lazim terjadi. Penyakit yang disebabkan oleh virus DNA beruntai ganda (double-stranded) tersebut, biasanya hanya tersebar secara regional di seputar area hutan hujan tropis Afrika Tengah dan Barat. Republik Demokratik Kongo dan Nigeria, merupakan negara endemis yang paling sering melaporkan kasusnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: