Ada Wayang Potehi Bunda Maria di Hong San Kiong

Ada Wayang Potehi Bunda Maria di Hong San Kiong

Toni Harsono membawa wayang potehi Bunda Maria dan Yusuf-Julian Romadhon-

Setelah dua tahun terhalang pandemi, Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), chapter Jawa Timur menggelar kunjungan ke Kelenteng Hong San Kiong dan Museum Potehi di Jombang. Dalam pameran wayang potehi, terdapat karakter wayang unik. Yakni tokoh-tokoh dari khasanah Nasrani. 

 

Surabaya - Puluhan orang yang tergabung dalam PSMTI Jawa Timur, mengunjungi Kelenteng Hong San Kiong dan Museum Potehi di daerah Gudo, Jombang. 

Kunjungan tersebut digelar pada Sabtu, 6 Agustus 2022. Tak hanya anggota PSMTI, komunitas fotografi Unimaxx juga turut serta dalam kegiatan tersebut. 

“Kami berangkat dari Surabaya pukul 7 pagi. Sampai di Hong San Kiong pukul 9,” ujar Monica Permanasari, sekretaris PSMTI Jawa Timur. Kegiatan tersebut bertajuk “Tionghoa Berkarya untuk Indonesia”.

Di depan halaman kelentenH San Kiong, kedatangan PSMTI Jawa Timur disambut oleh Toni Harsono, ketua PSMTI Jombang sekaligus ketua pengurus kelenteng. “Di dalam pameran wayang potehi, pertunjukan live serta workshop pembuatan wayang,” ungkapnya. 

Di pinggir kanan pintu masuk Kelenteng Hong San Kiong, terdapat panggung wayang potehi. Para anggota PSMTI berjalan melewati lorong depan panggung tersebut, memasuki bagian dalam kelenteng. 

Meja panjang telah disiapkan di ruang tengah. Toni meletakkan sekitar seratus karakter wayang potehi di atas meja tersebut. Ia menjelaskan beberapa tokoh wayang yang ditata berdiri. 

“Ini wayang tokoh Si Jin Kui. Satu wayang bisa berganti karakter. Tinggal diganti baju serta penutup kepalanya,” ujar pria 53 tahun. Jika diganti kostum kerajaan, maka karakter tersebut dapat menjadi tokoh raja. “Ini kan wayang yang wajahnya tampan. Diganti baju kerajaan, tak lagi jadi Si Jin Kui. Tapi jadi tokoh raja Li Long Ki,” tambahnya. 

Terdapat karakter yang unik, yang bukan berasal dari khasanah cerita rakyat dan sejarah Tiongkok. Yakni karakter Bunda Maria, Yusuf, Kaisar Agustus dan para gembala. “Wayang-wayang ini saya pakai ketika berpentas di GKI Jombang, saat perayaan Natal,” ungkapnya. 

Wayang potehi tentu memiliki pakem pertunjukan. Namun seiring waktu, terdapat pembaruan-pembaruan yang dilakukan, untuk memopulerkan wayang tersebut ke tengah-tengah masyarakat. “Wayang potehi adalah salah satu kekayaan budaya. Jadi sebagai anggota PSMTI, kami ingin turut melestarikan teater boneka tersebut,” ungkap Monica. 

Di Kelenteng Hong San Kiong, wayang potehi telah eksis sejak 1920. Bahkan dokumentasinya tersimpan dengan rapi dalam perpustakaan kelenteng. “Salah satunya dibawa kakek saya ke sini pada 1920. Semua datanya ada. Kami punya catatan tertulis sejak 1926,” pungkas Toni. (Guruh Dimas Nugraha) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: