Pencitraan dalam Ruang Jiwa Sekartaji Suminto; Keintiman Memori Masa Kecil

Pencitraan dalam Ruang Jiwa Sekartaji Suminto; Keintiman Memori Masa Kecil

Sekartaji Suminto dengan karya Pertemuan Para Ikan. Karya ini seakan-akan mengingatkan pada kesenangan Sekar memelihara ikan di akuarium kecil.--

Dalam pameran tunggal bertajuk Pencitraan pada Juli lalu di Tembi Rumah Budaya DIY, Sekartaji Suminto –Sekar- menggubah hampir seluruh persepsi akan citra dirinya selama ini. Citra atau gambaran yang ditampilkan dari perjalanan yang dimulai dari masa kecilnya hingga kini.

Gambaran ini secara signifikan mempengaruhi keseluruhan kesehatan psikologis dan karakter hubungan individu dengan sekitarnya. Bagaimana cara individu memandang dirinya menjadi hal yang benar-benar penting.

Citra diri merupakan konsep yang dibentuk dalam pikiran individu tentang bagaimana individu sebagai manusia. Gambaran psikis dapat ditarik dari garis ini serta cenderung bertahan seiring waktu kecuali ada pertimbangan-pertimbangan untuk mengubahnya.


Peri Ikan

Citra diri bisa menjadi tidak seimbang dan seringkali terdistorsi atau tidak sehat untuk banyak alasan. Jika penilaian yang individu terima seringkali negatif, kemungkinan besar individu akan memiliki konsep diri yang negatif pun sebaliknya.

Dalam psikologi, citra diri akan membentuk gambaran psikis atau ide mengenai diri sendiri. Bagaimana berpikir, merasa, mengenal diri berdasarkan penampilan, kinerja, dan hubungan-hubungan yang mempengaruhi tingkat kepuasan dan kebahagiaan hidup individu.

Citra diri adalah kesan yang dimiliki individu mengenai dirinya sendiri yang membentuk persepsi kolektif mengenai aset dan kewajibannya. Dengan kata lain, bagaimana individu berdasarkan kelemahan dan kekuatannya menggambarkan kualitas dan karakteristiknya.

Citra diri tidak dibangun berdasarkan realita namun berdasarkan persepsi liyan mengenai kenyataan, yang dipengaruhi tentang bagaimana individu mempercayai pandangan liyan terhadap dirinya.

Jadi pencitraan adalah upaya individu agar dinilai baik oleh masyarakat, sejauh itu sesuai dengan fakta dan bertujuan baik. Sementara selama ini kesan pencitraan adalah buruk sebab pada praktiknya lebih mengarah pada kebohongan dan berlebihan.


Planet Borahe

Pencitraan ini membuat Sekar sadar betul bahwa keterkaitannya dengan nama besar ayahnya -yang juga perupa- tak menjamin bahwa proses kerja kreatif serta hasil dari eksekusi ide-ide akan menampilkan kesamaan.

Justru berangkat dari hal ini, Sekar seakan hendak menunjukkan dirinya bahwa keragaman ide mampu menciptakan bentuk, garis, tekhnik, sapuan warna yang berbeda serta tentu saja sikap instingtif yang kadang muncul dalam prosesnya.

Darah seni yang diperoleh dari ayahnya tak membuatnya menjadi sama baik dalam sikap kontemplatif maupun apa yang ’dirasa’. Hal yang paling melekat dalam ingatannya adalah masa kecilnya yang penuh sapuan warna laiknya karya-karyanya.


Keluarga Kecil

Meski demikian kadang Sekar menampilkan dark side-nya. Ini dipengaruhi pula oleh emosi, sikap serta kepekaannya pada sekitar.

Apa yang dialami Sekar menjadi bagian dari proses perjalanan kreatifnya selama ini. Persoalan suka, duka, cinta, bahagia, derita, seakan-akan menjadi obor baginya dalam mencipta.

Tak selamanya yang gelap selalu gelap dan yang terang selalu terang. Kreativitas tak memandang hal-hal seperti ini sebagai halangan. Justru Sekar demikian menikmati bagaimana semua proses tersebut dan menyadari bahwa hal ini menjadi lecutan untuk tetap berkarya sembari menikmati hasilnya.

Seperti kata Asri Nugroho, perupa dari Surabaya, bahwa tema, wacana, komposisi, dan pigura bisa bersatu dengan lukisan. Meski tampak naif namun menurutnya karya-karya Sekar lebih menampakkan bentuk-bentuk dekoratif.

Asri menjelaskan bagaimana karya disebut kriya. Bahwa jika karya-karya tersebut berjumlah banyak dan sama. Menurutnya, bila hanya ada satu karya (tidak banyak dan sama) dan membawa wacana serta pertanggungjawaban maka bisa disebut karya seni lukis.

Mungkin tak ada sebutan kriya di dunia seni rupa kontemporer sekarang ini karena ada pertanggungjawaban dari si artist. Sementara yang paling tampak jelas dari karya-karya Sekar adalah kolaborasi antara karya dan pigura sehingga menjadi karya yang indah.

Lewat Pencitraan, inilah titik awal dari proses perjalanan kreatifnya. Tentu saja pencitraan ini tak hanya bertepuk sebelah tangan, namun menunggu tanggapan liyan dalam membangun kohesivitas antara dirinya dan para penikmat serta pecinta seni.


Tarot Card-Mayor Arcana

Menurut Banny Jayanata, art appreciator, karya-karya Sekar tampak feminin meski tidak girly serta playfull. Selain itu coraknya tampak sekali kepada yang bersifat dekoratif serta ada semangat bermain-main di sana. 

Menurutnya karya-karya naif yang murni lebih playfull dan berani karena semangatnya memang berasal dari kreativitas anak-anak. Karya-karya Sekar seperti berada di tengah-tengah antara kriya dan seni, desain, dan seni.

Tapi ada kemungkinan prosesnya memang naif semacam sekedar impulsive atau coret-coret meski secara visual pola-polanya jelas dan ada semacam struktur tertentu yang diikuti. 

Pada Pertemuan Para Ikan, Sekar seakan-akan mengingatkan pada kesenangan Sekar memelihara ikan di akuarium kecil. Judul ini mengingatkan saya tatkala Sekar bercerita tentang kematian seekor ikan kesayangannya hingga dijadikan sebuah lirik pada baris di buku kumpulan puisinya dengan judul My Death Fish.

Sebuah pertemuan yang menggembirakan dengan keluarga, kawan, kerabat di mana kerinduan untuk kembali bersama dapat terobati. Termasuk kerinduan Sekar pula pada almarhum ayahnya. 

Ikan menjadi satu aroma pencitraan dalam diri Sekar seperti pada judul karya yang lain yakni Peri Ikan yang membawanya kembali pada ingatan akan kedua orang tuanya.

Mencuri dengar pandangan publik tentang karya-karyanya meyakinkan Sekar akan dapat menumbuhkan kerja-kerja kreatif berikutnya. Pencitraan yang dibangunnya bukanlah mimpi dalam semalam. Namun percikan ide-ide yang berlompatan dalam pikirannya.

Planet Borahe mengajak penikmat mengunjungi planet fantasi yang dipenuhi dengan segala keelokan. Ikan-ikan, burung-burung, dan kuda-kuda yang beraneka warna berikut latar belakangnya seturut komposisi warna yang ditampakkannya. Planet yang teduh dan diliputi kedamaian laiknya dunia yang diidamkan semua orang.

Sekar berusaha berbagi keintiman memori masa kecil lewat media lukisan yang penuh corak. Cerita demi cerita yang terangkum dalam frame Pencitraan, mengajak kita berbagi kebahagiaan dalam menikmati segala pahit manisnya kehidupan.


Sha Mat Never Beat the Time

Pada karya yang bernuansa dark side pun Sekar masih meminjam ingatan masa kecilnya. Bahwa tak selalu kehidupan itu begitu terang benderang namun juga diliputi kecemasan serta kelindan persoalan yang lambat laun justru dapat membawa diri menjadi sepenuhnya berarti. Tak hanya bagi diri sendiri namun juga sekeliling.

Mengulik rasa ingin tahu kita tentang apa, bagaimana karya dan siapa Sekar. Untuk kemudian menjadikan hal ini sebagai harapan Sekar, tentang sejauh mana karya-karyanya tidak hanya dapat dinikmati namun lebih pada bagaimana eksesnya pada sekitar. 

Barangkali sebuah pertanggungjawaban yang semacam ini yang dimaksudkan oleh Asri.

Banny menambahkan bahwa seni sebisanya menembus kesadaran sehari-hari. Membuat orang yang melihat merasakan sesuatu yang tidak biasa semacam ketakjuban atau ’gangguan’. Bahkan mungkin hingga bisa membuat orang menjadi muak. Tapi tentu saja pemahaman seni tiap individu berbeda-beda. (Oleh: Peni Citrani Puspaning; penikmat seni, perupa, dan penulis)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: