Pep Guardiola, Mastermind Tiki-taka, Bicara Pensiun
Pep Guardiola sukses persembahkan empat gelar Piala Liga Inggris-Istimewa-@mancity
MANCHESTER, HARIAN DISWAY - SEMUA fans bola tahu Pep Guardiola. Pria Spanyol dan pelatih Manchester City itu adalah mastermind tiki-taka. Warisan tiki-takanya masih terjaga dengan baik di City, bahkan di eks klubnya, Barcelona.
Guardiola terkenal bukan karena prestasinya merebut seribu satu trofi, melainkan legasinya. Harus diakui, tiki-taka adalah legasinya. Warisannya. Tiki-takanya terasa sempurna di Barcelona karena ia punya tiga operator sekaligus. Ketiganya adalah Lionel Messi, Xavi Hernandez yang kini jadi pelatih Barcelona, dan Andres Iniesta. Di City, Guardiola punya Kevin de Bruyne. De Bruyne tak pelak jadi operator tiki-takanya di lapangan.
Ini musim ketujuh Guardiola di Manchester City. Lima musim di antaranya adalah menjadi juara. Sayang, ia tak kunjung bisa merebut trofi Liga Champions. Artinya, legasi Guardiola tidak hanya berhenti di konsep bermain tiki-taka, tetapi juga juara. Beberapa tahun terakhir, City begitu dekat dengan trofi Liga Champions. Namun, dewi fortuna belum berpihak. Tahun lalu 99 persen pengamat mengatakan bahwa City favorit juara Liga Champions. Faktanya, justru Real Madrid yang juara.
Satu hal, menurut Guardiola, kalaupun dirinya tiba-tiba berhenti jadi pelatih City, tentu itu bukan karena gagal mengangkat trofi Liga Champions.
Pekan lalu, setelah kalah 1-3 dari Liverpool di Community Shield, Guardiola sempat menyinggung soal kontraknya di City. Soal Liga Champions. Soal sepak bola pada umumnya.
Ia mengungkapkan akan beristirahat dari sepak bola jika tidak berkomitmen untuk masa depan jangka panjangnya di Manchester City musim ini.
Ia menegaskan, keberhasilan atau kegagalan di Liga Champions tidak akan berpengaruh pada keputusan yang harus dilakukan ketika kontraknya saat ini berakhir musim panas mendatang.
Secara total, ia memulai musim ketujuh bersama The Citizens. Ia mengungkapkan, setelah pembicaraan awal, ia akan melanjutkan negosiasi. Negosiasi itu mungkin dilakukan pada pertengahan musim.
Artinya, bukan tidak mungkin itu bisa membuat Guardiola tetap bertugas hingga 2025. Dengan kata lain, ia ingin menyelesaikan hampir satu dekade bersama The Citizens. Pria Spanyol berusia 51 tahun tersebut mengatakan, itu keputusan mudah. Sebab, ia punya teman pribadi di jajaran manajemen. Keduanya adalah Txiki Begiristain dan Ferran Soriano dalam peran eksekutif utama di klub. Artinya, Guardiola tidak akan meninggalkan City ke klub lain.
”Semuanya cair. Saya tidak memiliki perspektif di masa depan untuk mengatakan apa yang akan terjadi.
Saya bahagia di sini. Pada akhirnya saya akan bertahan dan, jika tidak, itu bukan karena saya ingin maju atau pindah ke tempat lain. Itu karena saya akan berhenti. Saya akan istirahat. Ini adalah pikiran saya sekarang. Pertama, jelas. Saya di sini karena kami menang. Jika saya tidak akan berada di sini, saya profesional.
Mereka adalah teman, tetapi teman saya tidak bodoh. Ini adalah bisnis. Mereka membutuhkan hasil. Hidup adalah hidup. Sebagian besar waktu saya di sini di fasilitas ini, berjam-jam, dan kemudian saya naik mobil dan pulang. Jadi, saya suka hidup saya. Saya suka pekerjaan saya.
Saya tidak sendirian di sini. Saya senang dengan staf, staf ruang belakang. Enam tahun, kami cukup mengenal satu sama lain. Mereka mengenal saya. Saya mengenal mereka. Kita tidak harus membuat aturan. Semuanya cair.
Ini benar-benar berbeda ketika Anda kali pertama tiba, Anda harus mengatur. Anda harus mengenal satu sama lain. Dan itu bukan hanya pemain. Orang-orang mengatakan saya bisa bahagia dengan para pemain, dengan staf, dengan staf ruang belakang, dengan hierarki klub. Jelas jika ada masalah, saya punya masalah, saya tidak akan berada di sini tujuh tahun,” ucap Guardiola berapi-api.
Rekor Guardiola di sepak bola domestik memang fantastis. Dari 13 musimnya di sepak bola, 10 di antaranya juara, mulai Barcelona, Bayern Munich, hingga City sekarang.
Guardiola sudah dua kali meraih Liga Champions. Dua-duanya bersama Barcelona, yaitu pada musim 2008/2009 dan 2010/2011. Kalaupun berhenti sekarang, itu tidak ada urusannya dengan bisa tidaknya City merebut Liga Champions.
”Sama sekali tidak. Hidup saya tidak bergantung pada itu. Bahwa saya ingin memenangkannya, itu jelas. Itu mimpi atau target untuk melakukannya.
Saya sadar betapa bagusnya lawan. Betapa sulitnya sebuah persaingan. Saya telah mengatakan berkali-kali dan orang mungkin tidak percaya bahwa saya membuat alasan. Orang-orang mengatakan tidak, saya di sini untuk memenangkannya. Ingat, saya tidak datang ke sini untuk memenangkan Liga Champions.
Mereka tidak bertanya padaku. Tentu saja mereka menginginkannya dan saya yang pertama menginginkannya, tetapi itu sama dengan Munich. Saya memenangkannya dua kali bersama Barcelona. Saya ingin memenangkan keempatnya. Jika saya seorang manajer selama 30 atau 40 tahun, saya ingin memenangkan Liga Champions setiap musim.
Masalahnya, saya bukan penguasa alam semesta. Karena itu, yang harus dilakukan adalah mencoba dan mencoba terus. Tapi, saya tidak akan pergi dalam 11 bulan jika kami tidak memenangkan European Champions League (UCL) musim ini. Saya akan menjadi orang paling bahagia di planet ini jika kita melakukannya. Kami ingin mencoba melakukannya, tetapi tidak akan menjadi alasannya,” lanjut Guardiola.
Karena prestasinya yang konsisten, Guardiola kini disebut-sebut sebagai pelatih terbaik di dunia. Ia begitu detail memperhatikan kepentingan pemainnya agar mereka nyaman saat berlaga. Itulah salah satu kunci sukses Guardiola. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: