”Bawah Sadar” dalam Tiga Babak Peni, Uzzaer, dan Sekar (1); Penjelajahan Diri dalam Peradaban

”Bawah Sadar” dalam Tiga Babak Peni, Uzzaer, dan Sekar (1); Penjelajahan Diri dalam Peradaban

Acuan terma modernitas dalam karya Peni Citrani Puspaning mengajak mengingat kembali akan bagaimana mestinya hal tersebut dapat disikapi dengan bijak bestari.--

Bawah Sadar mengantar tiga perupa perempuan -Sekartaji Suminto (Yogyakarta), Uzzaer Ruwaidah (Tuban), dan Peni Citrani Puspaning (Surabaya) ini mengulik tentang aspek yang menjadi gagasan dasar dari pengembangan titik kreativitas yang berkembang sesuai jiwa manusia. Dimulai dari karya Peni.

Di dinding Miracle Prints Art Shop & Studio Yogyakarta yang mungil dan sederhana, perupa pemilik galeri itu –Syahrizal Pahlevi- menyilakan ketiga perupa dari tiga kota berbeda itu membawa persoalan yang perlu dipahami lewat karya tiga babak.

Semua mengerucut tentang alam bawah sadar. 

Menurutnya, dalam seni pembatas antara ’kesadaran’ dan ’bawah sadar’ sering kali tipis. Seni yang baik adalah yang mampu mengelola keduanya dengan seimbang. Terlalu mengandalkan kesadaran ia hanya akan menjadi teknik belaka dan terasa kering seninya. 


Syahrizal Pahlevi memberi sambutan saat pembukaan.

Sementara terlalu mengagung-agungkan kekuatan bawah sadar dapat membuat seninya terasing, absurd dan hanya dapat dimengerti oleh dirinya sendiri. Padahal seni selain sebagai ekspresi diri juga digunakan penciptanya untuk menyampaikan pesan, untuk berkomunikasi dengan penonton.

”Tiga seniwati yang berpameran ini sekalipun mengajukan judul ’bawah sadar’ tidak serta merta menihilkan kesadaran. Karya-karya mereka dibuat dengan kesadaran penuh lewat perencanaan yang dilandasi pengetahuan dan pengalaman hidup yang mereka jalani,” ungkap Syahrizal. 

Selanjutnya ide atau rencana dieksekusi dengan kemampuan teknik yang mereka punya. Sementara bawah sadarnya mengambil bagian dalam intensitas untuk memunculkan ruh dan semangat pada karya-karya mereka.

Ketertarikan Syahrizal pada karya Peni dimulai di Facebook. Namun keduanya baru bertemu muka di penghujung Desember 2021. Saat Sharizal membawa pameran 4th JIMB ke Galeri Rakuti STKW Surabaya. 

”Peni seorang yang haus akan pengetahuan. Ia saat itu cukup banyak menggali tentang seni grafis dan seni rupa kepada saya. Saya menjawab sebatas pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki,” terangnya.


Peradaban 4, karya Peni Citrani Puspaning yang dibuat dengan pen on paper.

Peni memilih membaca ’peradaban’ manusia dengan melakukan penjelajahan atas diri sendiri yang bersentuhan dengan kemudahan fasilitas komunikasi-informasi zaman sekarang; internet.

Peni yang gemar menggambar sejak kecil melakukan permainan komposisi dan lapisan-lapisan warna yang teduh. Ada tumpukan-tumpukan objek kekanakan mengisi ruang-ruang permukaan kertasnya.

Latar belakangnya yang kuliah psikologi sepertinya berperan kuat dalam cara kerjanya. Ia bukan tipe ekspresionis dan tidak ingin cepat-cepat menyelesaikan gambarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: