Koleksi Drum Klasik, Dandu Habiskan Ratusan Juta sejak 2021

Koleksi Drum Klasik, Dandu Habiskan Ratusan Juta sejak 2021

Beragam koleksi drum milik Dandu yang telah dikumpulkannya sejak 2021.--

Sebagai drummer, selain bermain drum, Johonas Budhi Pamungkas alias Dandu tertarik untuk mengoleksinya. Ratusan perangkat drum terpajang di kediamannya, yang terletak di Jalan Petemon IVA no 8, Surabaya. Beragam angka tahun, dari dekade 1920 hingga 1980.

Ruang dalam kediaman Dandu, di tengah koleksinya yang terpajang di kanan-kiri, ia menjajal seperangkat drum Yamaha, keluaran pertama tahun 1967. Sound yang terdengar cukup klasik. Warna suaranya terdengar seperti drum keluaran Ludwig yang digunakan oleh Ringo Star, drummer The Beatles. Sangat cocok bila dimainkan dalam genre rock and roll, atau jenis musik yang dimainkan The Fab Four tersebut.

"Saking populernya Ringo, Jepang dengan Yamaha-nya mengeluarkan produk drum ini. Suaranya mirip dengan drum Ludwig," ungkapnya. Dari bunyi snare yang dimainkan, cenderung smooth dan clean. Drum tersebut cocok dimainkan untuk mencari nuansa musik era '60 hingga '70an.

Keistimewaan drum klasik, jika dimainkan dalam format musik modern, suara yang dihasilkan masih cocok atau sinergi. Berbeda dengan produk drum baru jika dimainkan dalam format musik jadul. Nuansa dan karakteristik bunyi tak dapat didapatkan dengan maksimal. "Kecuali musik metal. Ketika saya bermain menggunakan drum klasik, suaranya kurang pecah. Kurang menyatu dengan distorsi gitar," ungkap mantan drummer Devadatta itu.


Snare Leedy keluaran 1938 buatan Amerika Serikat. Perusahaan pembuat drum tersebut bangkrut, kemudian diakuisisi oleh Ludwig.-JULIAN ROMADHON/Harian Disway-

Secara keseluruhan terdapat koleksi 13 bass drum, 42 snare dan 12 pedal bass drum. Beragam angka tahunnya. Paling jadul adalah snare drum bermerek Conn Ltd. Keluaran tahun 1928. Perusahaan tersebut mengeluarkan produk drum-set pertamanya sekitar akhir dekade 1800.

Dandu mendapatkannya dari seorang drummer dari Surabaya. "Kawan saya beli dari seorang pemilik yang membiarkan barang langka itu tergeletak di rumah. Nah, setelah dibeli, ia menjualnya pada saya. Seharga 2,5 juta. Saya beli tanpa pikir panjang. Karena snare itu sangat langka," ungkapnya.

Ia mendapat snare tersebut dalam kondisi masih bagus. Dandu hanya mengganti snappy, materi bagian bawah snare, yang menghasilkan suara buzz. Sebagai basic metronome yang dipadu dengan permainan bass drum.

Ada pula koleksi snare dan bass drum bermerek Ludwig, keluaran dekade '70an. Jenis tersebut pernah digunakan oleh John Bonham, drummer band rock Led Zeppelin. Dandu memiliki dua buah snare. Satu seri ludwig yang pendek, satu lagi gemuk. "Bonham dulu pakai drum jenis ini. Karakter suara rock and roll, blues dan musik-musik jenis Led Zeppelin dan semacamnya, sangat cocok menggunakan drum ini," terang pria 39 tahun itu.

Koleksi Dandu dapat menguak sejarah drum dari berbagai perusahaan masa lalu. Seperti Yamaha dari Jepang, yang dimainkan olehnya. "Yamaha terlebih dulu membeli perusahaan-perusahaan pembuat drum. Seperti Nikkan, perusahaan asal Tokyo yang pernah mengeluarkan produk drum pada tahun 1960," ungkapnya. Sebelum produk drum Yamaha muncul, produk drum Nikkan telah eksis lebih dulu. "Lantas perusahaan Nikkan bangkrut menjelang akhir dekade '60an. Lalu dibeli Yamaha," ungkapnya.


Tomb drum bermerek Nikkan asal Tokyo. Perusahaan yang telah eksis sebelum Yamaha. Hingga perusahaan tersebut dibeli oleh Yamaha karena bangkrut.

Begitu pun sebuah snare drum bermerek Leedy. Merek yang asing bagi telinga musisi, khususnya drummer. Produk tersebut keluaran tahun 1938. Buatan Amerika Serikat yang akhirnya bangkrut dan dibeli oleh perusahaan Ludwig. "Jenis Leedy, seperti halnya Conn, sangat langka di Indonesia. Mungkin hanya 1-2 orang yang punya. Kalau saya jual lagi, harganya bisa melambung," ungkapnya. Kemudian tertawa. Namun ia sama sekali tak berniat menjual koleksinya. Karena ia membutuhkan set drum tertentu untuk kebutuhan pembuatan komposisi musik.

Koleksinya itu diperlukan bagi musisi-musisi yang ingin mengemas komposisi dalam format musik klasik. Untuk mencari karakter yang mengena, maka dibutuhkan drum klasik sesuai jenis musik dari dekade yang dibutuhkan. "Kalau butuh, musisi-musisi biasanya menyewa pada saya," ungkapnya.

Jika memainkan drum Pearl buatan Inggris, maka karakter sound yang didapatkan seperti permainan musik Genesis ala Phil Collins dan jenis musik pop atau brit-pop era '70-'80an. Jika ingin merekam komposisi rock ala Led Zeppelin, Deep Purple, atau Van Halen dapat menggunakan merek Ludwig atau Yamaha seri YD 9000, keluaran dekade 1980.

Dandu memulai hobi tersebut pada 2021. Ketika itu pandemi Covid-19 membuat penghasilan para musisi jadi macet. Beberapa dari mereka menjual perangkat drum kesayangannya. Namun secara spesifik, Dandu hanya membeli drum yang berangka tahun di bawah dekade '90an. "Saya melihat unsur kayu sebagai bahan pembuat drum. Semakin tua kayunya, maka karakter sound yang dihasilkan semakin matang. Sound gain dalam drum klasik pasti bagus. Dibuat recording, set-nya tak perlu rumit. Tanpa perlu ditambah equalizer pun sudah bagus," ujar pria 39 tahun itu.

Ia memiliki salah satu snare drum yang terbilang langka. Yakni Vista Light Ludwig seri candy. Jika Ludwig biasanya mengeluarkan jenis drum yang berwarna perak ala logam, seri tersebut memiliki body putih dengan aksentuasi lengkungan warna merah di bagian tengah. Seri tersebut dikeluarkan oleh perusahaan Ludwig sekitar tahun 1986-1987.


Para pengunjung melihat koleksi drum milik Dandu, berangka tahun variatif antara dekade 1920an-1980an.

Seri candy tersebut didapatkan Dandu dari Gusti Hendy, drummer GIGI. Hendy menjualnya karena tidak lagi membutuhkan karakter sound dari jenis drum tersebut. "Dijual pada saya seharga 4 juta rupiah," ungkapnya. Ada pula drum langka seri Radio King, merek Slinger, keluaran tahun 1946. Jenis drum tersebut pernah dipakai oleh drummer legendaris, Gene Krupa, yang eksis pada dekade '40-'50an.

Radio King Slinger didapatkan dari seorang musisi asal Medan. Musisi tersebut terpaksa menjualnya karena terkena dampak pandemi. Usut punya usut, ternyata drum tersebut sebelumnya dimiliki oleh Aditya WIbowo (Bowie), drummer Gugun Blues Shelter. "Waktu Bowie tahu, dia bilang kalau dulu drum Slinger itu pernah jadi miliknya," tuturnya. Kemudian tertawa.

Secara keseluruhan, Dandu menghabiskan ratusan juta untuk koleksinya tersebut. Ia mendapatkannya secara rutin sejak 2021. Koleksi terakhir yang didapatkannya adalah drum set bermerek Premier. Keluaran tahun 1960. Namun belum sempat di-set, karena head untuk tomb dan snare, memiliki ukuran tidak umum. Yakni diameter 11,5 inchi. "Set head biasanya 12 inchi. PR saya sekarang cari head-nya. Sulit. Sepertinya hanya ada di Inggris sana," pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: