Napak Tilas Jalur Kuno Gunung Pawitra, Festival Penanggungan 2022: Hujan Semalam Mudahkan Pendakian (1)
PENELITI SENIOR Hadi Sidomulyo memimpin rombongan Mapala di Gunung Penanggungan, Minggu, 14 Agustus 2022.-Yusuf Dwi/Harian Disway-
Ia bersyukur, semalam hujan turun membasahi jalur bertanah padat dan bebatuan itu. ”Untung semalam hujan, jadi pernapasan kita gak begitu terganggu debu pasir,” lanjutnya, lalu menenggak air minum.
BARISAN PENDAKI melintasi jalur kuno di Festival Penanggungan 2022.jpeg-Yusuf Dwi/Harian Disway-
Pendakian via Kedungudi juga dikenal sebagai jalur situs kuno. Sebab, di jalur itu kita akan menjumpai berbagai situs candi. Misalnya, Candi Naga, Candi Carik, Candi Lurah, Candi Siwa, dan Candi Guru. Para peserta menyimak dengan saksama saat tiba di depan candi. Mereka diberi penjelasan seputar situs itu oleh para arkeolog, pemerhati sejarah, serta juru pelihara cagar budaya Gunung Penanggungan.
Beberapa bangunan candi masih terlihat kokoh meski beberapa di antaranya juga sudah mulai berantakan akibat faktor alam. Konsep candi berbentuk punden berundak dan terbuat dari batu andesit. Diperkirakan bangunan candi-candi tersebut dibuat pada zaman Majapahit.
Kata Kusworo, meski tidak ada ciri khusus bahwa itu peninggalan Majapahit, buktinya bisa dilihat dari angka tahun yang ditemukan pada bangunan tersebut, lalu merujuk pada periodisasi kerajaan.
”Jadi, angka tahun itu bukti yang lebih otentik. Setelah itu, kita bisa melihat dengan periodisasi atau semacam silsilah kerajaan, dan ini perkiraannya dibangun zaman Majapahit akhir,” ungkapnya.
Nama-nama candi itu berasal dari penamaan yang diberikan penemu atau peneliti saat sedang melakukan konservasi Gunung Penanggungan. Sebab, tidak ada bukti lebih lanjut dan minimnya informasi mengenai candi-candi tersebut.
”Itu hanya untuk mempermudah. Jadi, seperti Candi Kama, itu ditemukan UI. Kama singkatan dari Keluarga Mahasiswa Arkeologi Universitas Indonesia,” lanjutnya,
Pukul 13.00 WIB saya bersama para rombongan peserta lainnya tiba di Candi Guru. Karena cuaca tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak, akhirnya kami mendirikan tenda dan dilanjutkan dengan acara jagong budaya.
Akhirnya sampai juga. Kami bermalam di sana, keesokan paginya saya dan para peserta bersiap melanjutkan pendakian ke puncak utama melewati jalur kuno. Dari Candi Guru menuju puncak Pawitra memakan waktu 2 jam perjalanan. Terlihat jelas Puncak Bekel di sisi sebelah utara.
Sebuah pengalaman menarik, napak tilas peradaban leluhur pada zaman lampau yang begitu kaya. Bukan hanya bercerita tentang megahnya puncak, melainkan peninggalan-peninggalan yang ada di lereng juga patut disimak. Itulah mosaik budaya yang terhampar di setiap jejak Pawitra Pradaksinapatha. (Yusuf Dwi-Salman Muhiddin)
Pemberhentian Pertama di Candi Naga. BACA BESOK!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: