Sembahyang Hantu Lapar di PDB Lotus Ditandai Dharma pada Leluhur dan Sesama

Sembahyang Hantu Lapar di PDB Lotus Ditandai Dharma pada Leluhur dan Sesama

Usai peribadatan, sekitar pukul 10 pagi, dilakukan pembakaran uang, rumah, dan pakaian yang terbuat dari kertas. Tungku dinyalakan. Masing-masing membakar persembahan yang telah dituliskan nama leluhurnya. --

Hari eksekusi membuat suasana mencekam. Banyak keluarga yang menangisi kepergian kerabatnya yang dihukum mati. Para warga yang bersimpati dan takut, turut menghaturkan sesaji di depan rumah masing-masing untuk dipersembahkan pada arwah orang-orang yang dihukum mati tersebut. Lama-lama momen tersebut menjadi perayaan rutin. Biasanya diselenggarakan sehari sebelum tanggal 15. 

Versi lainnya, bulan ketujuh Imlek adalah bulan pergantian musim. Dari musim panas ke musim gugur. Dikenal sebagai musim pancaroba yang membawa penyakit. "Timbulnya penyakit yang sering mewabah dikaitkan dengan keberadaan hantu. Agar terhindar, masyarakat dulu merasa perlu mengadakan upacara dan sesaji,” ungkap Hanadi. 

Usai peribadatan, sekitar pukul 10 pagi, dilakukan pembakaran uang, rumah, dan pakaian yang terbuat dari kertas. Tungku dinyalakan. Masing-masing membakar persembahan yang telah dituliskan nama leluhurnya. 

Di Tiongkok, akan dijumpai serakan abu sisa uang dan piranti lain untuk leluhur di depan rumah warga. Kisah dibukanya pintu akhirat itu memicu munculnya tradisi turun-temurun dengan melarung lampion di laut atau sungai. Dipercayai hantu-hantu akan mengikuti arah lampion tersebut. 


Pada tahap akhir peribadatan, umat membagi-bagikan sembako dan bahan pangan lain kepada masyarakat sekitar.

Maka bermeditasi di bulan ketujuh dapat meningkatkan kadar spiritualitas seseorang dan kepekaan lebih terasah. Diyakini manusia dapat lebih dekat dengan arwah leluhur. "Ji Yek Pan adalah momen penghubung dunia arwah dan alam manusia,” ungkap Purwohadi.

Jika ditarik konteks sejarah Buddha Gautama, kisah-kisah itu kerap dikaitkan dengan keberhasilan para murid Sang Buddha dalam mencapai pencerahan. 

Pada tahap akhir peribadatan, umat membagi-bagikan sembako dan bahan pangan lain kepada masyarakat sekitar. "Dulu di Tiongkok masyarakat berebut mengambil sajian. Makanya ritus ini juga disebut sebagai Sembahyang Rebutan,” tutur pria 67 tahun itu. 

"Memberikan penghormatan kepada arwah arwah leluhur, serta sedekah kepada sesama merupakan bentuk dharma dalam agama Buddha. Seseorang yang gemar berdharma dan melakukan perbuatan bajik sepanjang hidupnya, niscaya kelak dapat terlahir kembali di alam Dewa. Alam nirwana," pungkasnya. (*) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: