Solo Run Kylian Mbappe yang Mata Duitan

Solo Run Kylian Mbappe yang Mata Duitan

Kylian Mbappe--

PARIS, HARIAN DISWAY - AWAL musim panas lalu fans Real Madrid masygul. Pasalnya, Kylian Mbappe tidak jadi merapat. Madrid jadi korban PHP striker timnas Prancis berusia 23 tahun tersebut. Jelas, itu bukan kemauan Mbappe. Itu kemauan owner Paris Saint-Germain (PSG). 

L’Eiquipe baru-baru ini membuat manajemen PSG senewen. Harian olahraga itu begitu rajin mengupas secara detail silang sengketa ruang ganti klub. Idealisme akan kedahsyatan trio Lionel Messi, Nyemar, dan Mbappe seperti ilusi. Ia menguap begitu saja. Pelan tapi pasti, justru muncul banyak friksi di dalam tim. PSG tidak akur. Egoisme bintang seperti terbentur dinding privilese milik Kylian Mbappe.

Privilese Mbappe adalah hak untuk memilih dan memecat tidak hanya pemain atau pelatih, tetapi juga direktur olahraga sekalipun. Tentu saja dengan gaji superwah sebesar EUR 50 juta per tahun. Artinya, Neymar juga berada di bawah ancaman privilese itu. 

Padahal, seribu satu janji manis PSG terekam dengan jelas di benaknya. Masih terngiang di benak Mbappe, ia tiba-tiba mendapat deringan telepon dari orang nomor satu Prancis Emmanuel Macron beberapa bulan lalu. Mbappe adalah aset PSG. Aset nasional. Aset Prancis. Angkatlah trofi Liga Champions bersama PSG barang dua tiga tahun. Setelah itu, silakan kalau memang ingin mencari pengalaman dan tantangan baru. 

Rayuan Macron dan privilese itulah yang membuat Mbappe akhirnya terus merumput di sana dan melupakan klub idola masa kecilnya. 

Sayangnya, Mbappe kini seolah-olah malah jadi korban PHP klubnya sendiri. Mbappe sudah meminta klub agar menendang keluar Neymar, tapi tak kunjung bisa. 

Masalahnya, Neymar punya harga. Neymar punya talenta. Neymar hanya kalah tenar dari duo alien sepak bola Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo. Dalam hal tertentu, Neymar malah di atas duo alien tersebut. Neymar terkenal dengan gaya kehidupan jetset. Borjuis. Hipermaterialistis.

Mana ada klub yang sanggup menggajinya. Gara-gara gaji besar itu, ia bisa ”terlunta-lunta” seperti nasib Cristiano Ronaldo yang ditawarkan ke mana-mana. Klub kaya baru sekelas Newcastle United saja angkat tangan. 

L’Equipe mengatakan, Mbappe kecewa berat karena aksi ”solo run”-nya via privilese itu seperti terbentur dinding. Mbappe kini malah merasa jadi korban PHP PSG.  Hak privilese itu sepertinya tidak jalan. Ia hanya menikmati gaji superjumbo. Di ruang ganti, privilese itu justru ”mengalienasi” (mengasingkan) Mbappe dari rekan-rekannya yang lain. 

Di tengah friksi itu, datang lagi cobaan lain. PSG kini terkena hukuman financial fair play (FFP). Klub raksasa Prancis itu rugi terus dalam rentang waktu tiga tahun terakhir. 

Dunia ingin melihat seperti apa sikap UEFA terhadap anggotanya yang cenderung mengoperasikan klub lebih besar pasak daripada tiang. Dunia ingin melihat seperti apa sumbangsih trisula idaman untuk gol dan gelar bagi klub, terutama gol dan gelar Liga Champions. 

Sesal kemudian tak berguna. Mbappe kini baru menyadari, semua privilese itu tidak berarti sama sekali. Memecat klub dan pelatih di tengah jalan tidak semudah membalik telapak tangan. Ia sulit menghindari tudingan miring yang dialamatkan kepadanya sebagai pemain ”mata duitan”. (*)

 

Sumber: