Puan, Capres, dan Regenerasi PDIP

Puan, Capres, dan Regenerasi PDIP

-Ilustrasi: Reza Alfian Maulana-Harian Disway-

IBU Puan Maharani mulai zig-zag. Safari politik ke markas Nasdem, yang disambut pelukan Surya Paloh, menunjukkan putri Megawati itu di ambang pencapresan.

Bisa dibilang, kedatangan pada Senin (22/8) itu adalah kali pertama Puan berkunjung ke partai lain menjelang Pilpres 2024. Selama ini dia main di baliho yang disebar seantero Nusantara.

Padahal, di Jateng sana ada kader PDIP lain yang disebut berbagai survei sebagai capres yang punya peluang menang. Ganjar Pranowo, gubernur Jawa Tengah itu.

Sejumlah kader akar rumput PDIP pun juga sudah membentuk kekuatan Ganjar. Sebagian besar survei, Ganjar masuk tiga besar bersama Anies Baswedan dan Prabowo Subianto. Sementara itu, Puan berkutat di papan bawah. Naik-naiknya di papan tengah.

Tapi, arah angin di markas PDIP mengarah ke Puan. Para kader senior PDIP seperti Hendrawan Supratikno sudah menyebut kelayakan Puan. Final, yang ketok palu nanti adalah Megawati, ibunya Puan.

Saya sendiri sangat yakin PDIP akan mencalonkan Puan. Saya lihat ada alasan lain, selain memenangkan kursi pilpres. Yakni, alasan: inilah era regenerasi di PDIP, dan Puan sebagai ketua umum in waiting.

Periode ini bakal menjadi periode terakhir Mega sebagai pucuk pimpinan PDIP. Kalau dihitung dengan era masih PDI Jalan Diponegoro (1996), Mega sudah berkuasa 25 tahun. Saat kongres 2024 nanti, berarti 27 tahun Mega jadi ketum. Mega yang lahir 1947, pada 2024, berusia 77 tahun. 

Mega juga sudah berkali-kali menyuarakan, pada 2024, PDIP akan melakukan regenerasi total.

Puan yang bakal jadi suksesor sudah diberi kesempatan dan dilatih dengan berbagai pengalaman. Sudah pernah  jadi menteri. Kini ketua DPR. Di partai juga menyandang berbagai jabatan. Dan ini sinyal utamanya, bila Mega absen di suatu acara, dialah yang mewakili.

Tentu kalangan elite PDIP ingin pergantian berjalan lancar. Mulus. Estafet dari Mega ke Puan.

Saya tidak dapat membayangkan, saat regenerasi nanti, ada kader lain PDIP yang menjadi presiden. Katakanlah Ganjar. Pasti itu akan memunculkan suara calon alternatif untuk ketua umum. Yakni, presiden yang punya akses ke mana-mana dan kekuasaan. 

Pola seperti itu sudah pernah terjadi. Pada 2024, Jusuf Kalla (JK), kader Golkar, maju sebagai cawapres mendampingi SBY. Berseberangan dengan partainya. Setelah JK menang dalam pilpres, Golkar juga masuk ke pelukan JK. Akses dan power seorang wakil presiden.

Jika Ganjar menjadi presiden, tentu ia berpotensi diusulkan pendukungnya menjadi calon untuk ketum PDIP berikutnya. Bila simulasi itu muncul, tentu akan mengancam posisi Puan untuk dijadikan calon tunggal ketum PDIP.

Lain halnya dengan posisi Mega saat ini. Sudah sangat mengakar di PDIP.  Punya legitimasi sejarah  menyelamatkan PDIP era Orba. Tak tergoyahkan dan tak tergantikan. Presiden Jokowi pun menjadi presiden atas rekomendasi Mega. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: