Asyiknya Belanja di Pasar Barongan di Tepi Sungai Kali Gunting

Asyiknya Belanja di Pasar Barongan di Tepi Sungai Kali Gunting

--

Di tengah modernitas yang mengepung, Pasar Barongan di Dusun Sanan Timur, Mojotrisno, Mojoagung, Jombang, ini memberikan nuansa yang berbeda. Belanja menjadi lebih bermakna karena ada nilai tradisional yang diusung. 

Memasuki kawasan pasar yang satu ini, pengunjung akan dibuai dengan nuansa asri perdesaan. Tepat di tepi Sungai Kali Ginting, tempat belanja itu memang menawan dengan rimbunnya pepohonan bambu. Pintu masuknya terbuat dari batang kayu beratap jerami. Seperti gapura kampung-kampung pada masa lalu.

Kesan lampau jadi sangat terasa. Setidaknya dari cara transaksinya yang dilakukan tanpa menggunakan uang. Melainkan keping-keping bambu sebagai pengganti alat tukar. Karena itu setiap pengunjung yang masuk, wajib menukarkan uang yang dilayani Komisioner Penukaran Uang. Tiap koin bambu itu dinilai Rp2 ribu.

"Jadi sistem transaksinya bukan dalam nominal rupiah. Melainkan diwakili jumlah keping bambu. Biar enggak ada duit-duitan di pasar. Itulah yang bikin pembeli seperti masuk zaman dulu yang enggak pernah mereka alami," ujar Lintu Tulistyantoro, dosen Program Studi Desain Interior di Fakultas Humaniora dan Industri Kreatif, UK Petra.
Lintu Tulistyantoro tengah berbelanja di salah satu UMKM yang menyajikan semua makanannya dengan cara tradisional.

Produk kuliner berupa minuman, seperti jamu gendong, kopi racik atau minuman rempah dihargai mulai dari empat keping. Begitu pula produk kerajinan seperti anyaman bambu dan anyaman daun pandan kering. 

Hanya untuk produk kain tenun dan batik yang harganya mencapai ratusan ribu, tentu tak bisa dibeli dengan keping bambu. Pembeli bisa memesannya terlebih dahulu pada penjual. “Lalu penjual memberikan kuitansi untuk dibayarkan oleh pembeli di kasir. Kuno tapi itulah seninya,” terangnya. 

Diluncurkan pertama kali pada 6 Agustus lalu, Pasar Barongan langsung diserbu masyarakat. Termasuk dari luar kota. Tak cuma masyarakat sekitar. Di antaranya para vlogger atau pembuat konten video di berbagai media sosial yang belakangan konten mereka ikut mempromosikan keberadaan pasar.

Sejak pukul tujuh, pasar sudah ramai pengunjung. Rata-rata mereka mengagumi suasana pasar yang tampil klasik bak hidup pada masa lalu. Apalagi di tengah-tengah area pasar, disajikan musik gamelan kontemporer yang menghibur pengunjung. Bukan musik modern, tapi menyuguhkan campursari dan keroncong. 
Di tengah-tengah area pasar, disajikan musik gamelan kontemporer yang menghibur pengunjung.

Ditambah angin semilir berpadu dengan gemericik arus tenang Sungai Kali Gunting, pengunjung makin gayeng berbelanja maupun sekadar kongko. Di kursi kayu panjang beberapa pria duduk santai. Menikmati kopi racik dan jajanan pasar. "Tak ada yang mengalahkan rasa nikmat ngopi sembari merasakan suasana alam yang tenang. Gelas batok, tersorot cahaya yang membias di balik batang-batang bambu," ujar Lintu. 

Jam buka Pasar Barongan sebenarnya hingga pukul 10 pagi. Tapi tak disangka, menjelang pukul 10, barang-barang dagangan sudah banyak yang habis. Tampaknya masyarakat yang rindu terhadap suasana dan produk masa lalu, sebagian besar memborong dagangan para UMKM.

Durasi jam buka pasar memang dibuat cukup singkat. Selain untuk meningkatkan antusiasme, tim Pengmas UK Petra sudah memperhitungkan waktu masuknya sinar matahari yang ideal. Jika diamati pukul 7 hingga 10 itu masih dingin dan sejuk. Pasar gak begitu terpapar matahari. Baru benar-benar panas ketika menginjak pukul 11.

Dijelaskan Lintu, Pasar Barongan ini bukanlah proyek ujug-ujug. Namun merupakan hasil dari program Pengabdian Masyarakat (Pengmas) yang telah dijalankan oleh UK Petra sejak 2014 silam. “Kami melakukan pembinaan terhadap puluhan UMKM dari Dusun Mojotrisno. Lantas, kami ingin membangun market untuk mereka,” terangnya. 
Komunitas KIBAS yang datang dan berfoto di tulisan Pasar Barongan, Dusun Sanan Timur, Mojotrisno, Mojoagung, Jombang.--

Jauh sebelum dibuka, UK Petra itu menugaskan para mahasiswa yang terlibat Pengmas untuk benar-benar menata. Mahasiswa Program Studi Marketing kebagian urusan manajerial pasar. Termasuk mengatur keluar-masuknya penghasilan pasar tersebut.

Sedangkan mahasiswa Jurusan Interior memetakan desain tata pasar. Mahasiswa Jurusan Arsitektur memetakan potensi lingkungan. Dipikirkan betul bagaimana memasukkan unsur alami khas pedesaan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: