Mengajak Apresiasi Puisi, Fileski Nge-rock dalam ”Aku” di Festival Listerasi MAN 1 Sragen

Mengajak Apresiasi Puisi, Fileski Nge-rock dalam ”Aku” di Festival Listerasi MAN 1 Sragen

Penampilan Fileski dengan biolanya yang membuat para siswa MAN 1 Sragen terpukau dengan musikalisasi yang berbeda dari yang pernah mereka lihat.--

SRAGEN, HARIAN DISWAY - Festival Literasi Menuju Prestasi di Tahun Toleransi di MAN 1 Sragen bagai ’hujan puisi’. Bagaimana tidak? Sejumlah puisi diapreasiasi dengan banyak cara. Apalagi bersama musisi dan penyair Fileski, siswa tahu bagaimana puisi bisa dimusikalisasi dengan apik.

Seperti biasa, di atas panggung, Fileski tak pernah lepas dari biolanya. Begitu juga saat tampil di depan 1475 siswa. Tanpa banyak kata, aksi Fileski itu langsung menghentak dengan sebuah puisi karya Chairil Anwar.

Bukan dibacakan, namun Fileski membuat sebuah komposisi musikalisasi dari puisi sang pujangga Indonesia itu. Siswa yang menyaksikan penampilan Fileski, tak mengira bila puisi yang biasanya hanya dibaca dengan berapi-api itu menjadi berbeda karena aransemen baru yang dilakukan Fileski.

Kemampuan Fileski dalam memusikalisasi puisi memang tak diragukan lagi. Dalam acara yang digelar pada 10 September itu, puisi Aku didengar dengan ’rasa’ yang sangat lain dari kebanyakan yang pernah ada. Ada nuansa rock yang menghentak dan suara staccato sayatan biola.
Musisi dan penyair Fileski yang meramaikan Festival Literasi Menuju Prestasi di Tahun Prestasi di MAN 1 Sragen.

Semula mereka serius menyimak diam terpana. Tapi seiring aksi Fileski yang enerjik mengikuti komposisi yang dinamis tak terduga, mereka bersorak dan bertepuk tangan tanda kagum.

Buat Fileski, puisi yang ia bawakan dengan musikalisasi bergaya rock itu untuk menunjukkan kepada siswa bahwa ada banyak cara mengapresiasi puisi. Dalam gaya yang ia tampilkan, mereka jadi tahu bahwa membawakan puisi itu tidak melulu dengan nuansa balada yang mendayu-dayu. 

”Anak muda, biasanya suka yang enerjik. Maka terpikirlah ide mengaransemen puisi Chairil dengan karakter musik rock. Saya bikin dengan sayatan biola yang kuat. Terbukti mereka yang notabene anak muda, banyak yang suka,” katanya.
Suasana gelaran Festival Literasi Menuju Prestasi di Tahun Toleransi di MAN 1 Sragen, pada Sabtu, 10 September 2022 yang diikuti oleh 1475 siswa yang menyimak dengan antusias.

Dengan memberi warna baru tentang cara mengapresiasi karya puisi, Files mau puisi semakin banyak generasi muda yang mengapresiasi. ”Setelah ini saya berharap keingintahuan mereka makin tinggi. Lalu terdorong membaca karya-karya sastra khususnya puisi,” ujarnya.

Penampilan guru seni budaya SMA Negeri 2 Madiun itu dihadirkan sekolah yang beralamat di Jalan Irian 5 Nglorog, Sragen itu memang untuk membuat siswa makin paham bagaimana mengapresiasi puisi dengan cara yang asyik.  

Menurut panitia Sus S Hardjono, kemasan puisi yang beragam sengaja dijadikan cara agar para siswa makin menghargai beragam hal terkait literasi. ”Kali ini disesuaikan dengan pemaknaan toleransi agar makin terjaga di sekolah kami. Juga diharapkan anak-anak makin semangat mencapai prestasinya,” kata Sus yang juga guru bahasa Indonesia di sekolah tersebut.

Puisi dengan semangat toleransi memang sangat mengedepan dalam acara ini. Misalnya saat Fileski membacakan puisi terpilih yang dibuat para siswa. Ada dua. Puisi berjudul Toleransi Beragama karya Siti Fathonah kelas XII Agama. 
Sebelum penampilan Fileski di puncak acara, para siswa juga meramailan panggung dengan membawakan puisi terpilih yang dibuat oleh para siswa.

Teksnya berisi makna toleransi. Jangan jadikan perbedaan/Alat pembuat perpisahan/Mari jadikan perbedaan/Alasan tuk saling mengasihi.

Senada, puisi kedua berjudul Toleransi karya Nurrozaq Zakhwan At-Thoyibi kelas XII Agama. Ia menulis demikian: Kata yang menyatukan perbedaan/Kata yang banyak dibicarakan/Namun masih sedikit yang melaksanakan/Seharusnya kita tidak mencemooh orang lain hanya karena perbedaan/Karena kita diciptakan dengan banyak perbedaan/Dan perbedaan itu yang membuat hidup kita berwarna/Perbedaan itulah yang seharusnya dihargai.

Selain Aku dan dua puisi siswa, Fileski sempat membaca pusi ciptaannya sendiri berjudul Sesajen. ”Puisi ini saya tulis ketika muncul kegelisahan akan toleransi. Membayangkan ketika saya sembahyang kepala saya ada yang nendang,” ungkapnya.

Sumber: