Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Orang Kulit Putih, Makhluk Apa Ini? (38)
Mama angkat Pietertje Baukje de Vries memangku Sumi Kasiyo yang diadopsi ke Belanda.-Sumi Kasiyo for Harian Disway-
Ini manusia jenis apa? Kulitnya begitu putih. Hidungnya sangat mancung. Tubuhnya tinggi sekali. Sumi Kasiyo dan sang kakak Suyatmi yang masih berusia 6 dan 9 tahun tak pernah melihat orang seperti itu di Ngruno, Watulimo, Trenggalek. Bahkan, Sumi menangis begitu melihat ayah angkatnyi di Belanda.
—
PERTENGAHAN 1979. Sumi dan Suyatmi merintangi tikungan tajam kehidupan. Tak lama setelah ayah mereka meninggal, keluarga menyerahkan mereka untuk diadopsi. Ibu mereka, Damikem, sempat datang menjemput di tempat penampungan anak.
”Tidaaaak, aku ingin ibu, aku ingin ibu, tinggalkan aku dengan ibu!” teriak Sumi. Lengannya yang kecil berayun liar ke segala arah.
Bocah 6 tahun itu bingung dengan situasi yang terjadi. Mengapa dia tidak bisa pergi ke ibu? Teriakannyi tak dihiraukan dengan orang-orang dewasa atau perawat di sana.
Sumi ingat tangan perempuan yang menyeret baju dan punggungnyi ke arah gedung. Dengan refleks dia memberontak dan berupaya berlari ke sang ibu yang berdiri di halaman.
Mama Pietertje Baukje de Vries mengajak Sumi, Suyatmi dan salah satu anak adopsi jalan-jalan ke museum di Bogor.-Sumi Kasiyo for Harian Disway-
Tangan itu terlalu kuat. Sumi tak berdaya dan tetap diseret paksa. Sakit. Dia pun menangis lebih keras.
Perempuan yang selama ini merawatnyi dan terlihat manis itu menyakiti Sumi. Pintu kayu cokelat jelek dengan cat yang terkelupas itu dikunci. Sumi terdiam dan hanya bisa menangis. Dia tak melakukan kesalahan apa pun. Mengapa mereka tak mau mendengarkannyi?
Dia meninju pintu sekuat tenaga sambil terisak dan menjerit. Mata mungilnyi mengintip dari lubang kunci. Dia melihat sang ibu. Jantungnyi berdegup kencang. Teriakannyi makin kencang.
Sang ibu datang ke arah teriakan itu. Namun, dia dihentikan petugas. Sangat kejam! Sumi ingin pulang.
Sumi terus mengintip dari lubang pintu. Matanyi terasa seperti terbakar. Dia menyeka pipi yang sudah basah dengan linangan air mata. Makin lama sosok ibu makin jauh. Sampai akhirnya Sumi tak bisa melihat dia lagi.
Para perawat mencoba mengalihkan perhatiannyi. Dia dan kakak dipindahkan ke halaman lain. Dia melihat ke sekeliling. Ada banyak buah hijau dan kuning berbentuk bintang. Perawat memetik salah satunya dan memberikannya ke Sumi.
Suyatmi, Sumi, dan salah satu anak adopsi Siti Aminah bersama tante Hannie dari Belanda.-Sumi Kasiyo for Harian Disway-
Ia tak mau buah itu. Perawat tetap menyodorkan belimbing itu dengan paksa. Sumi terpaksa menggigitnya. Wajahnyi berpaling. Ia meludahkan belimbing yang ternyata masih mentah.
Hari berlalu, mereka akhirnya dipindahkan ke Yayasan Kasih Bunda di Jakarta.
Hari itu mereka tak sadar akan menemui sosok pengganti ibu mereka.
Pertemuan dengan ibu angkat tersebut diperkirakan pada Mei atau Juni 1979. ”I never seen white person before (Aku tak pernah melihat orang kulit putih sebelumnya, Red),” kata Sumi, Minggu, 24 September 2022.
Mereka adalah dua perempuan dengan paras menawan. Senyumnyi begitu teduh dan sangat penyayang. Namun, semua ucapan mereka terasa asing: bahasa Belanda.
Sumi tak tahu dari mana asal mereka. Beberapa bulan belakangan dia begitu banyak melihat hal baru: mobil, gedung-gedung, kereta api, dan segala kehidupan kota.
Maklum, seumur hidup mereka dihabiskan di dataran tinggi, Ngruno, Watulimo, Trenggalek. Termasuk wilayah pelosok dengan pemandangan alam yang masih alami. ”We saw a lot of new things. It’s just too much (Kami terlalu banyak melihat hal baru. Rasanya sangat berat, Red),” ujarnya.
Suyatmi berswafoto dengan latar belakang Sumi Kasiyo dan sang kekasih Tim van Wijk. Semuanya anak adopsi dari Jawa.-Sumi Kasiyo for Harian Disway-
Sampai detik itu, mereka tetap tak tahu bahwa akan diadopsi. Bahkan, kata adopsi pun mereka tak paham.
Sumi hanya bisa membalas senyuman dua perempuan Belanda meski batin masih dalam tekanan. Ibu angkatnyi: Pietertje Baukje de Vries datang dengan tante Hannie. Mereka sama-sama masih muda dan sangat lembut kepada Sumi dan Suyatmi.
Semua dokumen sudah dibereskan. Tiba-tiba mereka membawa Sumi dan sang kakak ke bandara. Mereka kembali mendapat pengalaman yang mengejutkan: naik pesawat. Ke mana lagi mereka akan pergi?
Pikirannyi melayang ke mana-mana. Sementara itu, sang kakak lebih banyak diam. Bahkan, saat ibu kandung mereka datang menjemput, Suyatmi tak menangis. Entah karena mentalnyi begitu tegar atau karena shock sehingga tak tahu harus berbuat apa.
Pesawat akhirnya mendarat di tanah Eropa. Seorang pria tinggi besar mendatangi mereka. Sumi takut melihat sosok itu. Sepanjang perjalanan menuju rumah baru, dia hanya bisa menangis. Tak ada yang bisa menghentikan tangisan itu.
Dia menangis sejadi-jadinya. Makhluk apa lagi itu? (Salman Muhiddin)
Di Mana Pohon Kelapa dan Nasi? BACA BESOK!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: