Suasana di Dalam Rantis Persebaya: Tegang, Happy, Berakhir Sedih

Suasana di Dalam Rantis Persebaya: Tegang, Happy, Berakhir Sedih

Kiper Andhika Ramadhani melantunkan doa di dalam Baracuda saat proses evakuasi pemain Persebaya dari Stadion Kanjuruhan Malang. -Persebaya-

MALANG, HARIAN DISWAY - Malam mencekam dialami tim Persebaya seusai bermain di Stadion Kanjuruhan Sabtu malam, 1 Oktober 2022. Kemenangan yang seharusnya dirayakan berubah menjadi malam yang tragis. Dan, diakhiri dengan tetesan air mata duka. 

Begitu wasit Agus Fauzan meniup peluit bubaran pertandingan, Alwi Slamat dan kawan-kawan tak sempat untuk berhenti sejenak di lapangan. Sekadar untuk sujud syukur, misalnya. Sebab, situasi stadion yang sepanjang laga tidak kondusif membuat mereka mempercepat langkah menuju kamar ganti.

Awalnya, mereka ingin sedikit merayakan euforia di kamar ganti. Ber-ale-ale.  Namun, pihak keamanan tak mengizinkan tim Persebaya berlama-lama di locker room. Hanya sekitar lima menit. Pemain dan ofisial langsung dievakuasi menuju kendaraan rantis yang sudah menunggu di pintu keluar pemain.

Para pemain didahulukan masuk ke empat kendaraan rantis yang sudah disiapkan. Para ofisial tim menyusul. Mereka berdesak-desakan di dalam kendaraan itu.

Gelisah dan mencekam tergambar di dalam rantis. Apalagi, kendaraan sempat tak kunjung bergerak hingga pulul 00.00.

Akses keluar stadion ditutup pendukung Arema FC. Beberapa kendaraan polisi dibakar. Barikade diporakporandakan. Tujuannya, menghalangi rantis yang mengangkut rombongan Persebaya. 

Hampir 2 jam pemain tertahan di dalam rantis. Lemparan batu dan beraneka benda menghujani rantis. Panik. Para pemain pun bingung. Apalagi, tak sedikit di antara mereka yang dihubungi keluarganya. Keluarga khawatir karena kabar kerusuhan di Stadion Kanjuruhan sudah tersebar.

Beruntung, aparat keamanan menghalau massa. Rantis langsung melesat. Membelah lautan Aremania. Sepanjang perjalanan keluar stadion, empat rantis tetap saja jadi sasaran anarkis oknum-oknum Aremania yang kesal. Sampai-sampai kaca rantis nomor tiga sempat retak. Beruntung tidak sampai pecah.

Ketika rantis menyasar Kota Malang, situasi belum sepenuhnya cair. Lampu di dalam rantis masih dimatikan. Perasaan benar-benar plong setelah melewati pintu tol Singosari. Lampu mulai dinyalakan.  

Alex Tualeka, fans relation manager yang ikut rombongan, sempat berinisiatif mencairkan suasana dengan mengajak pemain bernyanyi merayakan kemenangan. Biar tak terlalu tegang. Kemenangan sejatinya memang pantas dirayakan.

”Saya inisiatif agar pemain gak tegang. Karena memang kita pantas merayakan. Lawan kami gak hanya pemain Arema. Tetapi wasit juga,” ujar Alex kesal.

Namun, itu tak berlangsung lama. Ketika Alex dan para pemain tahu kerusuhan di Stadion Kanjuruhan memakan banyak korban jiwa, suasana kembali hening.

”Awalnya kami dapat kabar ada empat Aremania meninggal dan dua polisi meninggal. Kami sedih. Tak lama kemudian, update korban makin banyak. Kami lantas memutuskan untuk menghapus unggahan-unggahan yang merayakan kemenangan tadi,” cerita Alex.

Situasi itu membuat rencana pindah kendaraan dari rantis ke bus yang telah disiapkan di rest area tol berubah. Pihak keamanan tak mau ambil risiko. Rantis terus dipacu kencang menuju Surabaya. Sekitar pukul 01.00 (Minggu dini hari), iring-iringan tim Persebaya mulai masuk ke Surabaya. Keluar tol Rungkut. 

Inisiatif keluar tol Rungkut itu juga untuk menghindari Bonek yang awalnya berniat menyambut kedatangan tim di pintu keluar tol Waru. Namun, Bonek pun juga akhirnya batal membuat penyambutan. Mereka batal melakukan konvoi. Semuanya karena kabar duka dari Malang. ”Kami menyerukan dari media sosial untuk membatalkan penyambutan dan konvoi,” ujar Husin ”Cak Cong” Ghozali, pentolan Green Nord. (Gunawan Sutanto)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: