Analogi Mitigasi Covid-19 pada Tragedi Kanjuruhan; ”Masker” dan ”Vaksin” dalam Sepakbola

Analogi Mitigasi Covid-19 pada Tragedi Kanjuruhan; ”Masker” dan ”Vaksin” dalam Sepakbola

Stadion Kanjuruhan Malang pasca-tragedi. Menjadi saksi atas tewasnya ratusan suporter sebakbola yang semestinya terhindar dari sikap hooliganisme sepakbola yang merugikan.--

Tidak selalu mudah bagi media massa mengambil peran penting itu. Saat ini olahraga, khususnya sepakbola sudah menjadi suatu industri yang mampu berkontribusi menggerakkan roda ekonomi masyarakat. Hubungan antara keduanya bersifat resiprokal.

Media massa dan sepakbola bisa saling memengaruhi, saling bergantung atas kesuksesan komersial dan popularitas masing-masing. Dampak hubungan ini bisa bersifat konstruktif. Tetapi sebaliknya bisa destruktif. 

Persepsi positif hendaknya terus dibangun. Terutama pada para suporter yang relatif mudah tersulut emosi sesaat, tanpa pertimbangan unsur rasionalitas. 

Gas Air Mata

Korban mulai berjatuhan sesaat setelah terjadinya kepanikan di lapangan. Para suporter berhamburan menyelamatkan diri dari pengaruh gas air mata yang ditembakkan aparat kepolisian. 

Jalan menuju ke luar stadion yang tampaknya sangat terbatas, dijubeli oleh para suporter. Penumpukan masa yang demikian besar itu memicu terjadinya kematian yang sangat mungkin akibat sesak napas atau terinjak-injak. 

Kontroversi tentang penggunaan gas air mata kini merebak. Gas ini merupakan bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi terutama pada mata dan/atau sistem pernapasan.

Komponen kimiawinya mengandung 2-klorobenzalmalonitril (gas CS), kloroasetofenon (gas CN) atau dibenzoksazepin (gas CR). Kadang pula menggunakan semprotan merica (OC/oleoresi capsicum).
Agar tak ada perlu ada ucapan duka semacam ini, maka edukasi dan peningkatan literasi tentang sikap-perilaku yang proporsional dalam olahraga perlu ditanamkan secara berkesinambungan.--

Paparan terhadap gas air mata bisa berakibat dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 

Organ tubuh manusia yang paling terpengaruh adalah pada saluran napas (bersin-bersin, batuk, mengi, kesulitan bernapas, gagal napas), mata (rasa perih, penglihatan kabur dan kemerahan,  keratitis, glaukoma, katarak), rasa terbakar dan nyeri pada kulit (proses inflamasi), gangguan sistem peredaran darah, dan pencernaan (mual, muntah).

Kematian hanya bisa terjadi bila terpapar dalam dosis tinggi. Biasanya pulih dengan sendirinya dalam waktu 30 menit bila dapat meloloskan diri dari tempat kejadian.

Kontroversi terkait regulasi FIFA yang tidak memperbolehkan penggunaan gas air mata di stadion sepakbola kini menjadi bahan perbincangan dan sorotan banyak pihak. Diperlukan penyelidikan yang mendalam dari pihak otoritas yang terkait, agar tragedi ini mendapatkan jalan penyelesaian yang terbaik. 

Bangsa Indonesia telah dapat menunjukkan kemampuannya melampaui masa-masa sulit dalam mitigasi Covid-19. Kini diperlukan rasa mawas diri dan kedewasaan cara berpikir semua pihak, menghadapi ”Covid sepakbola.”

Semoga sepakbola Indonesia tetap bisa berprestasi walaupun harus menghadapi aral melintang. (Oleh Dr Ari Baskoro SpPD K-AI FINASIM; pecinta sepakbola, staf pengajar Prodi Magister IKESOR -Ilmu Kesehatan Olahraga- UNAIR)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: