Dalam Era digital, Identitas Seseorang Bisa Bias

Dalam Era digital, Identitas Seseorang Bisa Bias

Djuir Muhammad (kiri) dan Fins Purnama (kanan) menjadi narasumber dalam diskusi bertajuk Sadtember Ceria: Tragedi 65, Bjorka dan Manusia Data di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.--

Namun yang jelas, dalam data KTP milik eks-tapol, pasti memiliki imbuhan ET di depan nomor induk. 

Kabar yang simpang-siur, fitnah keji, dan tuduhan PKI saja sudah mampu membuat seseorang menghilangkan nyawa. Diperkirakan sekitar setengah juta manusia terbunuh saat kejadian tersebut. 

Bahkan kebenaran tentang jumlah pastinya pun masih simpang siur. ”Hoax pada zaman itu seperti itu bentuknya. Sama dengan sekarang. Orang mudah terprovokasi kabar burung. Bahkan data diri kita secara digital tak sepenuhnya aman. Bukan hanya kita, data digital milik negara, pejabat bahkan presiden,” ungkap Fris. 

Tentu yang dimaksud adalah hacker Bjorka. Apakah Bjorka benar-benar hacker? Apakah kemunculannya hanya pengalihan isu belaka? Kemungkinan-kemungkinan itu banyak dibahas dalam diskusi yang diadakan pada 30 September 2022 itu. 

Dalam era digital, identitas seseorang menjadi bias. Satu orang dapat menjadi apa saja. Bahkan menjadi banyak identitas.

Kemunculan Bjorka benar-benar mengejutkan. Bahwa keamanan data digital penduduk Indonesia sangat rapuh. ”Bahkan Menkominfo sampai menyuruh kita untuk menjaga data digital masing-masing. Berarti negara sudah angkat tangan," ungkap dosen 28 tahun itu.

Keamanan data, identitas personal sangat penting untuk dijaga. Jika terekspos sedikit saja, orang bisa menyalahgunakan untuk kepentingan pribadi. Bahkan bisa jadi sasaran fitnah. 

Kondisi masa kini kurang lebih sama dengan G30S/PKI. Data yang dikuasai pihak luar, kemudian mereka pakai tangan orang lain untuk menjalankan maksudnya. (Guruh Dimas Nugraha)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: