Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Surat untuk Ibu Indonesiaku (43)

Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung:  Surat untuk Ibu Indonesiaku (43)

Potret ibu kandung Suyatmi dan Sumi Kasiyo: Damikem saat ditemui di Gorontalo 2014 lalu.-Sumi Kasiyo for Harian Disway-

Suyatmi sudah menemukan ibu kandungnyi di Gorontalo pada 2005. Sementara itu, adiknya, Sumi Kasiyo, tak mau ke Indonesia dalam kondisi emosi. Dia merasa tak pantas kembali ke tanah kelahirannyi dalam kondisi marah karena sakit hati telah dijual keluarganyi. Enam tahun kemudian hatinyi mulai luluh. Sumi mengirim surat pertama untuk ibu kandungnyi: Damikem. 

 

Surat untuk Ibu Indonesiaku.

1 Desember 2011 pukul 12.05

Dear Mom (Ibu tersayang).

Aku lahir dari Ibu, tetapi tidak muncul perasaan bahwa engkau adalah ibuku. Namun, surat ini aku awali dengan ”Dear Mom”. Itulah kata yang ingin kuucapkan untukmu.

Itu sangat bertentangan dengan perasaan dan ingatanku tentangmu. Aku telah merasakan begitu banyak cinta selama beberapa tahun selama kita bersama. SANGAT BANYAK CINTA!

Aku selalu bersamamu. Ketika ibu pergi bekerja, ibu menggendongku dengan kain di punggung. Aku masih ingat bahwa ibu menyusuiku. Itu pasti cinta!

Aku bingung dan marah terhadap kenyataan bahwa ibu telah melepas kami. Bagaimana mungkin? Apa yang membuatmu, yang memberiku rasa cinta yang begitu besar, memutuskan untuk melepasku?

Aku merasa sangat sulit untuk memahami bahwa aku tidak pernah bisa melihat dan memelukmu lagi, tidak pernah mendapat ciuman darimu lagi!

Bahkan, aku tidak bisa mengatakan padamu ”Bu, aku mencintaimu!”

Ibu menyerah, aku tidak tahu apa alasannya. Tapi, rasanya tidak enak ditolak dan tidak tumbuh bersama saudara, saudari, ibu, dan keluarga.

Tapi, aku juga tahu gambaran terakhirku tentangmu. Ibu mencoba membawaku kembali. Sayangnya, aku tidak diizinkan untuk pergi ke ibu, dan ibu tidak bisa meraihku. 

Aku ditempatkan di balik pintu, pintunya terkunci. Tapi, aku masih bisa melihat sosokmu melalui lubang kunci. Engkau pergi tanpaku....

Yang paling ingin kutahu dari ibu adalah: mengapa engkau melakukan ini? Apa alasannya?

Aku ingin memberikan tempat dari apa yang terjadi dan bisa hidup bebas, tanpa diingatkan rasa sakit setiap saat. Aku sangat ingin bisa mengatakan ”mama” padamu dengan tulus.

Selama ini di antara kita, aku merasa sangat sulit untuk datang ke Indonesia negara asalku untuk bertemu denganmu dan keluargaku.

Aku harap Ibu dapat menjawab surat ini dengan tulus, dari hatimu.

Aku ingin membuka hatiku untukmu, dan mungkin di masa depan kita bisa saling berpelukan dan berciuman lagi?

Sumiati.


Baju pertama Sumi ketika tiba di Belanda masih disimpan sampai sekarang.-Sumi Kasiyo for Harian Disway-

”Seorang perempuan baik hati menerjemahkan surat itu untuk ibuku ke bahasa Indonesia,” kata Sumi dari Eindhoven, Belanda, pekan lalu. Hari itu perasaannya lebih tenang. Namun, isinya begitu jujur. 

Anda bisa merasakan kekecewaannya dari surat itu. Ada banyak pertanyaan yang tidak terjawab ketika kakaknyi datang ke Indonesia. Sang ibu menghindar ketika ditanya soal proses adopsi itu.

I waited for weeks, and weeks became months, and months turned in years.... Ibu never respond to my letter (Aku menunggu beberapa pekan, pekan berganti bulan, bulan berganti tahun… Ibu tidak pernah menanggapi suratku, Red),” ucap Sumi dengan nada kecewa. 


Kembali pulang ke Trenggalek, Sumi Kasiyo menginjakkan kakinyi di tanah kelahiran. Dia terpisah dengan keluarga besarnyi selama 35 tahun di Belanda.-Sumi Kasiyo for Harian Disway-

Sumi yakin surat itu sampai ke Gorontalo. Sang ibu juga sudah membacanya. Namun, sang ibu sengaja tidak membalas. Entah mengapa. Mungkin karena malu. Atau ada hal yang ingin disembunyikan.

Dua tahun setelah mengirim surat itu, Sumi mendapat musibah. Dia harus mengalami depresi untuk kali kedua saat bercerai dengan suaminyi pada 2013. 

Saat itulah dokter memintanyi pergi ke tanah air. Mungkin hal tersebut bisa membantunyi meringankan beban mental yang dia pikul. ”It’s gonna help you to heal, he said to me (Itu akan membantu menyembuhkanmu, kata dokter kepadaku, Red),” ujar arsitek yang juga fotografer itu.

Apakah Sumi mau mendengarkan perkataan sang dokter? Tentu! 

Pergi ke Kampung Halaman. BACA BESOK!

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: