Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Sumi Pulang Kampung (44)

Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung:  Sumi Pulang Kampung (44)

Pemandangan kampung halaman Sumi di Tasikmadu,Trenggalek.-Sumi Kasiyo for Harian Disway-

Sumi Kasiyo menunda cukup lama untuk tidak bertemu sang ibu kandung: Damikem. Padahal, sang kakak Suyatmi sudah menemukan ibu mereka pada 2005. Sumi baru pulang sembilan tahun kemudian.

PERCERAIAN itu terjadi pada 2013. Sumi harus berpisah dengan cinta pertamanyi setelah merajut 13 tahun pernikahan.

Cobaan hidupnyi datang bertubi-tubi. Dia sampai ke dokter karena depresi. Itulah depresi kedua yang dialami Sumi sejak 1990. Depresi pertama terjadi saat remaja. Saat itu dia kangen kampung halaman.

Dokter sudah mendengar kisah Sumi. Dia disarankan untuk kembali ke Indonesia. Siapa tahu pikirannyi bisa lebih jernih. Healing.

Sumi memang ingin sekali menginjakkan kaki ke tanah kelahirannyi di Ngruno, Watulimo, Trenggalek. Namun, keinginan itu sengaja diredam karena dia belum siap menemui ibu yang melahirkannyi.

Dia marah ketika tahu bahwa sang ibu memang menjual dua anaknyi dengan dorongan paman. 


Sumi Kasiyo dan Suparti saling berpelukan usai terpisah sejak 1979 .-Sumi Kasiyo for Harian Disway-

Sumi sebenarnya sempat memberikan kesempatan kepada sang ibu untuk menerangkan situasi yang sebenarnya melalui surat pada 2011. Sumi bakal memaafkan sang ibu jika dia mau bicara.

Sayang, surat itu tak pernah dibalas. Sang ibu memang tak pernah mau bicara soal kasus adopsi tersebut sama sekali.

Seandainya dokter tak menyarankannyi untuk pulang, Sumi mungkin tak segera ke Indonesia. Maka, pada Februari 2014 dia memesan tiket ke Jakarta. ”Aku pergi ke rumah kakakku di Tasikmadu (Trenggalek). Setelah itu, ke Gorontalo,” ujar Sumi.

Waktu seolah berbalik arah. Sumi seperti berjalan mundur untuk kembali ke tanah kelahirannyi. Semua dimulai dari Jakarta: tanah terakhir yang diinjak Sumi dan Suyatmi sebelum terbang ke Belanda 35 tahun sebelumnya.

Setelah pesawat mendarat di Jakarta, mereka langsung menuju Trenggalek. Sumi dengan mudah mengetahui lokasinya berkat kunjungan sang kakak pada 2005.

Begitu sampai di Trenggalek, ia seperti melihat serpihan ”surga” kecil yang begitu familier di matanyi. Inilah tempat Sumi dilahirkan.

Perjalanan berjam-jam yang ditempuh pakai mobil seperti terbayar tuntas dengan pemandangan menakjubkan. 

Jalan sempit membelah hutan dan perbukitan. Deburan ombak pantai terlihat dari ketinggian. Pantai pasir putihnya adalah tempat Sumi bermain saat masih balita. 


Ziarah pertama Sumi ke makam sang ayah, Kasiyo pada 2014. Ia meninggal ketika Sumi masih 5 tahun. -Sumi Kasiyo for Harian Disway-

Sebelum menyapa alam Ngruno, Sumi lebih dulu datang ke sang ayah. ”Aku berziarah ke makam ayah (Kasiyo) dan banyak keluarga datang berkunjung,” ujar Sumi. 

Ayahnyi adalah seorang nelayan yang penuh kegigihan. Membesarkan enam anak. Sumi anak terakhir. Dan dia ditinggal sang ayah ketika masih 5 tahun. Semua jadi berantakan sepeninggal Kasiyo. Dari sanalah kisah adopsi itu dimulai.

Tak ada yang menyimpan foto Kasiyo. Namun, saudara-saudara yang datang bilang bahwa Kasiyo mirip dengan Sumi. Terutama di bagian mata. 

Hari itu, satu ”akar” sudah ditemukan. (Salman Muhiddin)

 

Kakak yang Kuanggap sebagai Ibu. BACA BESOK!



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: