Isu Penurunan Kualitas Pertalite Bikin Pelanggan Beralih ke SPBU Swasta

Isu Penurunan Kualitas Pertalite Bikin Pelanggan Beralih ke SPBU Swasta

Pertamina telah memperluas jangkauan penggunaan QR Code untuk pembatasan konsumsi BBM Solar subsidi di 516 Kab/Kota-Bambang Dwi Atmodjo-

SURABAYA, HARIAN DISWAY- Sudah sebulan lebih harga BBM naik. Terutama Pertalite dan solar subsidi yang paling banyak dibutuhkan. Saat kenaikan banyak, diprotes muncul informasi bahwa kualitas BBM bersubsidi itu turun. Itu dibarengi dengan peralihan pelanggan ke SPBU swasta.

Informasi yang beredar, Pertalite gampang menguap, warnanya keruh, dan lebih boros. Bisa berkurang sendiri walau tidak dipakai.

Pertamina selaku pihak yang dicurigai atas produknya pun buka suara, melalui Corporate Secretary nya PT Pertamina mengklaim tak ada perubahan spek pertalite, zat pewarna pada bahan bakar pun tidak berpengaruh terhadap kualitas BBM. BBM yang dijual ialah BBM yang telah dinyatakan layak dan lolos standar spesifikasi oleh Dirjen Migas.

Walau telah ada jawaban atas keraguan itu, banyak konsumen yang mulai beralih ke SPBU swasta. Di Surabaya ada beberapa SPBU swasta, diantaranya Royal Dutch Shell (Shell)-perusahaan yang berpusat di Belanda, British Petroleum (BP) asal Inggris, dan Vivo yang berinduk pada Vitol Group.

Alasannya, akses pembayaran yang mudah serta penawaran cashback yang turut menarik perhatian konsumen. Contohnya pada SPBU Shell yang menawarkan sistem pembayaran tunai dan non tunai. “Pilihan non tunainya lebih banyak, bisa Qris, go pay, link aja. Dapat cashback asal download aplikasinya,” Ujar Ridhwan Setya Mahadhika, salah satu pelanggan Shell. 

Pria itu mulai mencoba produk shell sudah hampir seminggu, khususnya Shell Super. Cashback yang didapat bisa mencapai Rp 10.000 dengan menukarkan 150 poin. 

“Kemarin ngisi penuh, bayar Rp 46.000 ribu, dapat sekitar 3 L, kalau sampai 300 poin bisa dapat potongan Rp 20.000. Lumayan,” tambahnya.

Shell Super merupakan salah satu produk dari Shell yang memiliki RON 92 dengan harga Rp 15.420/L. Pria yang suka sunmori saat senggang itu, merasa ketika menggunakan Shell Super secara performa, getaran mesin terasa lebih halus, dan tarikan lebih enteng.

Keputusannya mencoba bahan bakar di luar Pertamina karena ia juga turut merasakan kecurigaan turunnya kualitas Pertalite. Walaupun sejauh ini tidak ada riset laboratorium untuk mendasari pendapatnya. Masyarakat umum hanya mengamati pada kebiasaan dan pergerakan bar bensin sebagai alat ukur yang paling dekat dengan mereka. 

Ridhwan yang juga sebagai motorcycle enthusiast mengaku skeptis atas jawaban dari Pertamina, atau pihak pemerintah. “itukan ada rentang atau ketentuan standard. Angkanya utak-atik aja disana antara pertalite lama dengan yang baru, benar masih sesuai sama standard, tapi bisa aja angkanya beda,” pendapatnya.

Menilik ketentuan edarnya, berdasar Keputusan Dirjen Migas Nomor 0486.K/10/DJM.S/2017 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) bahan bakar minyak jenis bensin 90 yang dipasarkan di dalam negeri memiliki ketentuan yang harus dipenuhi ketika bensin diuji, diantaranya stabilitas oksidasi minimal 360 menit, kandungan sulfur maksimal 0,05% m/m, sulfur merkaptan 0,002% m/m, kandungan mangan maksimal 1 mg/l, kandungan besi maksimal 1 mg/l, kandungan oksigen maksimal 2,7persen m/m, distilasi 50 persen vol. Penguapan 77-125 derajat celcius, sedimen maksimal 1 mg/l, tekanan uap minimal 45-69 kPa, dan masih banyak ketentuan lainnya.

Sambil melihat bagaimana perkembangan pola konsumsi bahan bakar ke depan nanti, masyarakat juga perlu diingatkan mengenai situasi negara yang mengalami penipisan stok BBM Pertalite. Kuota Pertalite hingga akhir tahun 2022 yang mencapai 23 juta KL (Kilo Liter), sampai bulan Juli kemarin sudah terpakai 16,8 juta KL, atau 73% nya. Pertalite yang tersedia hingga bulan Desember nanti hanya tinggal 6,2 juta KL.

Update terbaru, kebijakan atas pembatasan konsumsi BBM Pertalite masih diuji coba, belum diputuskan secara final. Beberapa skenario uji coba yang dilakukan ini memanfaatkan aplikasi MyPertamina. 

Akibat BBM yang telah dinaikkan tahun ini, kemungkinan besar pembatasan BBM tidak jadi terealisasi hingga akhir tahun. Mungkin saja tahun depan. (Gusti Ayu Y. D.)



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: