Catatan Pameran Tunggal Syalabi ”Post Humor ’n Ecology”; Sisi Humor dengan Rasa Lokal
Syalabi dengan sebagian karyanya dalam pameran tunggal berjudul Post Humor ’n Ecology berjudul Chameleon Totem (kiri) dan Primata.--
Syalabi pun tergelitik dengan sistem di Indonesia. Menurutnya pemerintah hanya menghukum pengusaha kecil bila ada pelanggaran merusak alam.
Sementara pengusaha besar yang terkait izin usahanya dengan lingkungan dibiarkan melenggangkangkung atau paling tidak hanya diberi ”teguran.” ”Ini benar-benar lucu!,” katanya.
Sebenarnya dunia seni dan dunia non-seni sama-sama mengais makna sehari-hari. Selama tidak bertemu langsung dengan warga justru tidak ada apa-apanya. ”Padahal seni/humor/kartun bisa mewakili warga agar tidak dianggap objek seni. Tapi harus dipercayai juga menjadi subjek penggerak lingkungan karena lebih mengenal medan,” tegasnya. (Oleh Peni Citrani Puspaning; volunteer dan penikmat seni)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: