Tekan Stunting hingga 14 Persen

Tekan Stunting hingga 14 Persen

GUBERNUR JAWA TIMUR Khofifah Indar Parawangsa memberikan bantuan kepada ibu hamil untuk menekan angka stunting anak.-Humas Pemprov Jatim-

SURABAYA, HARIAN DISWAY- STUNTING memang menjadi permasalahan di semua daerah. Termasuk di Jawa Timur. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa sedang fokus menurunkan tingkat stunting di provinsi yang dia pimpin. Targetnya di angka 14 persen pada 2024. Angka itu sesuai dengan perintah Presiden Joko Widodo.

Karena itu, dia memberikan tambahan gizi untuk 100 ibu hamil. Juga, memberikan bantuan khusus kepada 20 balita yang terindikasi mengalami stunting. Khofifah juga memberikan zakat produktif kepada 100 pelaku usaha ultramikro.

Menurutnyi, permasalahan stunting, angka kematian ibu (AKI), dan angka kematian bayi (AKB) menjadi penentu pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing.

”Pemprov Jatim terus bekerja keras untuk menurunkan stunting serendah-rendahnya,” katanyi saat menghadiri reuni akbar alumni haji Al-Hikam angkatan 1993–2022 dan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1444 H di Gedung Bundar Al Asy’ari Unisma Malang, Minggu, 16 Oktober 2022.

Berdasar data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI), target dan capaian prevalensi stunting di Jatim dari tahun 2019 hingga 2021 terus mengalami penurunan. Di 2019 tercatat sebanyak 26,86 persen. Lalu, turun menjadi 25,64 persen di 2020. Tahun lalu, turun lagi menjadi 23,5 persen.

Penanganan stunting yang dilakukan Pemprov Jatim itu melibatkan berbagai pihak. Mulai peran serta instansi vertikal, lintas organisasi masyarakat, perguruan tinggi, organisasi profesi, hingga mitra non pemerintah lainnya.

Dalam penanganan stunting di Jawa Timur, terdapat dua macam intervensi. Yakni, intervensi spesifik (bidang kesehatan) dengan kontribusi 30 persen dan intervensi sensitif (bidang non kesehatan). Memberikan kontribusi sebesar 70 persen.

”Kami terus melakukan berbagai upaya. Koordinasi lintas sektor, edukasi, konseling, dan koordinasi yang baik terkait gizi. Juga, makanan bayi dan anak, pelaksanaan imunisasi, sampai dengan pemantauan pertumbuhan serta perkembangan balita secara rutin di posyandu,” tegasnyi.

Edukasi dan konseling itu dilakukan terkait pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayi sampai usia 6 bulan. Kemudian, setiap anak berusia 6–23 bulan mendapat makanan pendamping ASI. Setiap balita dengan status gizi buruk juga mendapatkan penanganan tata laksana gizi buruk.

”Imunisasi dasar lengkap dan suplementasi berupa vitamin A dan zinc sangat penting bagi bayi dan balita. Sedangkan bagi ibu hamil, kecukupan zat besi dan folat juga harus terpenuhi. Terutama pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dan balita yang terindikasi stunting,” ucapnyi.

Penyebab stunting itu, antara lain, karena asupan gizi seimbang belum terpenuhi. Juga, karena penyakit infeksi berulang. Untuk itu, dalam menangani masalah stunting tersebut, pemberian asupan gizi seimbang dan stimulasi tumbuh kembang pada balita sangat penting. 

Sementara itu, terkait pemberian zakat produktif, Khofifah mengatakan bahwa zakat produktif yang berasal dari Baznas Jatim itu merupakan bentuk pertanggungjawaban dari para muzaki (pemberi zakat) di Baznas Jatim kepada para mustahik (penerima zakat). 

”Mudah-mudahan ini bisa menjadi tambahan modal usaha bagi panjenengan semua, manfaat barokah. Saya mengajak kita semua bergandengan tangan yang erat antar-semua institusi,” ungkapnyi. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: