Grup Samroh An Nasuha Gubah Lagu Dangdut ke Religi

Grup Samroh An Nasuha Gubah Lagu Dangdut ke Religi

Formasi grup samroh An Nasuha yang diberi nama sama dengan Masjid An Nasuha. Didirikan Fanani Hasiyati justru ketika musim pandemi.--

Lagu Joko Tingkir belakangan ini jadi kontroversi. Karena sebagian ulama menganggap bahwa sosok Joko Tingkir sebenarnya adalah seorang wali. Seorang suci kurang pantas jika namanya disematkan dalam lagu berlirik nakal. 

”Maka kami ubah seluruh liriknya. Dari dangdut jadi religi. Sebagai sarana dakwah pula. Supaya semua orang mau mendendangkan salawat,” ungkap pria 23 tahun itu.

Pun dengan lagu Ojo Dibandingke yang viral ketika dibawakan musisi cilik Farel Prayoga di Istana Negara, pada perayaan Hari Kemerdekaan RI Agustus silam. Oleh kelompok samroh An Nasuha, liriknya diubah menjadi lirik salawat.

Pukul 1 siang, acara dimulai. Setelah membaca doa, para ibu bersiap. Pemain rebana ketimpring, berada di depan barisan. Rebana tersebut berukuran paling kecil. Kemudian rebana yang sedikit berukuran besar. Bentuknya seperti rebana hadroh, namun tidak terdapat logam-logam tipis di sisi body kayu yang melingkar.

Menyusul bagian paling belakang adalah rebana yang bertugas sebagai pengatur tempo. Berukuran paling besar. Dipegang oleh Cholifah. Ia memukulnya menggunakan pemukul berujung tumpul. Sesekali ia memukulnya sekali-dua kali di tepi rebana. Sebagai kode tempo. Untuk memberi efek bass, dia memukulnya di bagian tengah.

Perlahan lirik lagu Tombo Ati yang dipopulerkan penyanyi Opick dilantunkan. Lagu yang bermakna sebagai nasihat untuk mengamalkan ketentuan Tuhan dalam agama. Lalu membawakan lagu Aisyah yang pernah dipopulerkan oleh Syakir Daulay. 

Menyusul Allah Allah Aghisna yang dipopulerkan oleh Nazwa Maulidia. Total mereka lancar memainkan lima lagu. Selebihnya mereka bermain dengan menggunakan kode atau ada pemain yang memandu.

Di sela break, sembari menunggu kehadiran Dr H Hammis Syafaq Lc MFill I, wakil Direktur Pascasarjana UINSA, yang mengisi tausiah seputar Maulid Nabi Muhammad, Adhitya mengajak anak-anak kecil bermain game. Ia melontarkan pertanyaan-pertanyaan seputar tanggal dan tahun lahir Rasul dan sebagainya.

Sembari bersantai bersama ibu-ibu yang hadi, Fanani bercerita lagi tentang pembinaan samroh An Nasuha. Selama ini grupnya dibimbing oleh Said, seniman samroh ternama di Surabaya. Sejak itu pentas terus dilakukan. 

”Mereka pernah berkeliling ke berbagai tempat di Surabaya. Tiga minggu lalu kami diundang di Masjid Bani Hasan, Sumenep. Sebelumnya pentas di beberapa daerah di Surabaya,” ujar ibu lima anak itu. (Heti Palestina Y-Guruh Dimas Nugraha)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: