Grup Samroh An Nasuha Gubah Lagu Dangdut ke Religi

Grup Samroh An Nasuha Gubah Lagu Dangdut ke Religi

Formasi grup samroh An Nasuha yang diberi nama sama dengan Masjid An Nasuha. Didirikan Fanani Hasiyati justru ketika musim pandemi.--

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Eksistensi grup samroh di Surabaya tak banyak terdengar. Namun ada salah satu grup samroh yang baru saja dibentuk. Namanya An Nasuha. Saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW oleh Taman Pendidikan Alquran An Nasuha, grup samroh itu tampil.

Belasan ibu-ibu dengan alat musik rebana tampak duduk di halaman beratap, rumah Fanani Hasiyati. Anak-anak kecil dan beberapa orang tua mereka tampak khusyuk. Sesekali tersenyum melihat para ibu itu berlatih.

Mereka adalah grup samroh An Nasuha. Binaan Taman Pendidikan Quran (TPQ) An Nasuha yang berada di rumah tinggal Fanani, di Jalan Raya Pakis Nomor 74 Surabaya. Sedangkan di sebelah rumah tersebut adalah sebuah masjid bernama sama.

”Ibu-ibu dan anak-anak ini ngaji di tempat saya. Kalau jadwal ibu-ibu dari pagi pukul 8 sampai 10 siang. Yang anak-anak, mulai sore pukul 14.30-17.00,” kata Fanani. 

Lambat laun, kegiatan yang diadakan tak hanya mengaji. Namun Fanani berinisiatif membuat grup samroh. Grup tersebut diberi nama sama dengan masjid. An Nasuha. 

Didirikan justru ketika musim pandemi. Saat orang-orang berdiam di rumah dan menjalani segala pembatasan, grup samroh An Nasuha justru giat berlatih.

”Tapi saat itu kami tetap memberlakukan protokol kesehatan (prokes) ketat. Tekun berlatih agar kami cepat menguasai materi. Alhamdulillah sehat semua sampai hari ini,” terangnya. 

Menurut Fanani, yang membedakan grup tersebut dengan grup samroh lain adalah keragaman usia. Anggota paling muda berusia 22 tahun. Namanya Indana Zulva, guru MI Muhammadiyah. Saat acara berlangsung pada Jumat, 14 Oktober 2022 itu, dia berhalangan hadir karena sedang mengajar. 

Anggota paling senior adalah Cholifah, yang usianya 69 tahun. Meski begitu dia tampak bersemangat. ”Kalau soal mengaji dan samroh, saya selalu antusias,” ujar Cholifah, sembari menunjukkan rebananya.

Pembeda lainnya adalah soal inovasi lagu. Kelompok samroh An Nasuha sangat update terhadap lagu-lagu kekinian. Bahkan menggubah liriknya menjadi salawatan, atau lirik-lirik Islami lainnya. 

Salah satu inspirasi mereka adalah Emha Ainun Nadjib dengan kelompok gamelan Kiai Kanjeng. ”Cak Nun (panggilan Emha) mampu menggubah lirik-lirik lagu masa kini menjadi lagu Islami,” ungkap Adhitya Amar Ramadhan, putra bungsu Fanani.

Cak Nun dalam satu pentasnya mencoba meyakinkan bahwa sebuah lagu bersifat bebas. Tak disematkan atau dilabeli agama tertentu. Bahkan budayawan kelahiran Jombang itu pernah menggubah lagu Malam Kudus dengan lirik salawat. Inovasi semacam itulah yang dilakukan oleh kelompok samroh An Nasuha.

Misalnya, mereka mengubah lagu Joko Tingkir yang dibawakan Yeni Inka. Lirik yang awalnya: Joko Tingkir ngombe dawet, jo dipikir marai mumet, diubah menjadi: Shalaatullaah Salaamullaah ’Alaa Thaaha Rasuulillaah. 
Penampilan grup samroh An Nasuha saat peringatan Maulid nabi SAW yang digelar Taman Pendidikan Alquran An Nasuha di jalan Pakis Nomor 74 Surabaya.--

Ketika Adhitya mencoba menyanyikannya, sontak anak-anak pun turut mengikuti: Shalaatullaah Salaamullaah, ‘Alaa Yaa Siin Habiibillaah. Para ibu grup samroh An Nasuha sontak mengiringinya dengan rebana. Hingga lagu itu selesai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: