Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Berputar-putar Mencari Rumah Amini (55)

Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Berputar-putar Mencari Rumah Amini (55)

KURSI MOBIL penuh dengan penumpang saat perjalanan menuju Pasuruan. Meilani duduk di tengah dengan Ilse.-Lady Khairunnisa/Harian Disway-

Meilany dan rombongan Mijn Roots berangkat menuju Pasuruan, Minggu, 21 Agustus 2022. Menurut dokumen adopsi, orang tuanyi bernama Amini dari Desa Karangsono, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan. Tes DNA sudah dilakukan. Hasilnya mengejutkan.

Mohammad Nasiruddin masuk ke mobilnya. Siang itu ia mengemudi ke Pasuruan. Jaraknya 70 kilometer dari Surabaya. 

Salah seorang anak adopsi, Bob Schellens, yang membawa tas ransel besar duduk di kursi depan. Sengaja begitu. Sebab, ia bakal merekam seluruh proses pencarian orang tua kandung Meilany, sahabat masa kecilnya di Belanda.

Mobil itu penuh. Saya duduk di kursi belakang bersama searcher Mijn Roots: Repta Octarea Venaz. Dia istri Nasir. Keduanya adalah investigator andalan Mijn Roots untuk wilayah Jawa Timur.

Meilany duduk di tengah dengan seorang teman dari Belanda: Ilse. Selama perjalanan, mereka sering mengobrol dan bercanda.

Sayang, saya tidak bisa ikut dalam pembicaraan itu. Mereka pakai bahasa Belanda. Yang paham pembicaraan mereka cuma Bob.

Selama perjalanan, Bob sibuk mendokumentasikan pencarian Meilany. Filmmaker asal Eindhoven, Belanda, yang mencari ibunya di Surabaya itu juga memasukkan kisah anak adopsi lain. Beberapa hari sebelumnya ia mewawancarai Tim van Wijk dan Sumi Kasiyo yang datang ke Belanda.

Desa Karangsono berada di wilayah Prigen. Dari jalan tol yang lurus itu, kami melihat Gunung Arjuna yang menawan. Bob tak mau kelewatan momentum tersebut. 

Di dokumen adopsi disebutkan bahwa Meilany lahir di RS Panca Dharma, Pasuruan. Sekarang sudah menjadi Klinik Kioto yang juga di Kecamatan Sukorejo.

Mijn Roots sebenarnya sudah menemukan rumah Amini pada 2017. Sampel DNA sudah diambil dan dikirim ke bank DNA langganan Mijn Roots.


TANYA JALAN ke warga sekitar karena Nasir lupa di mana letak rumah Aminah. Bob Schellens merekam proses pencarian itu untuk film dokumenternya.-Lady Khairunnisa/Harian Disway-

Meilany menunggu hasil itu dengan harap-harap cemas. Besar harapan bahwa hasilnya cocok. Dengan demikian, misi pencarian selesai. Setelah beberapa bulan menunggu, hasilnya ternyata tidak sesuai harapan. Amini bukan ibu yang melahirkannyi.

Kendati begitu, Meilany tetap ingin ke rumah Amini. Dia ingin mencari tahu mengapa nama Amini tertulis di dokumen adopsinyi. Pasti ada sesuatu yang bisa digali.

Setelah menempuh perjalanan lebih dari satu jam, kami akhirnya sampai di Pasuruan. Namun, Nasir agak kesulitan untuk menemukan rumah itu. Maklum, rumah tersebut ditemukan lebih dari lima tahun lalu. 

Mobil berputar-putar. Nasir berhenti di salah satu perempatan. Entah di mana lokasinya, tak ada yang tahu.

Ia bertanya ke beberapa orang yang ditemui di jalan. Mobil melanjutkan perjalanan ke jalanan desa.

Kami berputar-putar ke wilayah perkampungan padat dengan jalan paving. Cukup untuk dua mobil.

Sampai akhirnya kami tiba di alamat yang dituju. Mobil melaju pelan dan menepi di tempat teduh. ”We have arrived (Kita sudah sampai, Red),” kata Repta, lalu disambut senyuman Meilany.

Bob turun dan menyiapkan kameranya untuk merekam perjalanan kami menuju rumah itu. Meilany mengobrol dengan Repta dengan bahasa Inggris di salah satu sudut jalan.


BERALAS TIKAR, Meilany (tiga dari kiri) diterima dua anak dan suami Amini di Sukorejo, Pasuruan, Minggu, 21 Agustus 2022.-Lady Khairunnisa/Harian Disway-

Ilse, perempuan tinggi dengan rambut pirang yang menemani kami, ikut mendengarkan. Dia juga penasaran dengan rumah Amini.

Siang itu mentari cukup terik. Namun, semilir angin di kaki gunung membuat suasana lebih nyaman bagi mereka yang terbiasa dengan iklim Eropa. 

Kami melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki ke sebuah rumah sederhana bercat putih. Meilany melangkah dengan mantap dan mengembangkan senyuman yang khas. Bob membuntuti dari belakang.

Sudah ada tiga orang yang menyambut kami di ruang tamu sederhana itu. Tak ada meja dan kursi. Kami duduk bersimpuh di lantai beralas tikar anyaman. 

Bob tidak kebagian tikar. Ia duduk di lantai keramik putih yang dingin bersama tuan rumah.

Ada dua laki-laki dan satu lagi perempuan yang menemui kami. Rupanya, mereka adalah suami dan dua anak Amini.

Lalu, di mana Amini? (Lady Khairunnisa-Salman Muhiddin)

 

Tak Mungkin Bertemu Amini. BACA BESOK!

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: