Film Dokumenter Soekarno Masuk Nominasi FFI: Membawa Misi Pelurusan Sejarah (1)
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi (peci hitam) berdiskusi dengan Pendiri Begandring Soerabaia Kuncar, Nanag Purwono serta dosen FIB Unair Kukuh Yudha Karnanta di Lodji Besar Peneleh 30 Juli 2022.-Dok Begandring Soerabaia-
Kalimat itu adalah petikan pernyataan Soekarno yang ditulis dalam buku Universitas Padjajaran yang oleh Soekarno: Indonesia, Ajam Djantan-Sedjarah Dunia Baru!.
"Memerankan sosok Presiden Soekarno ini ndredeg (gugup) merinding (terharu). Karena Bung Karno ini seorang pejuang yang memiliki kharisma yang sangat luar biasa," kata Eri seusai syuting.
Kawasan Peneleh sengaja dipilih sebab Soekarno muda tumbuh di sana. Dari penelusuran sejarah, Soekarno lahir pada 6 Juni 1901 di Jalan Pandean IV No 40 Surabaya. Kemudian, meniti ilmu di rumah H.O.S Tjokroaminoto. Semuanya di sekitar Peneleh.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, dan dua pendiri Begandring Soerabaia, Kuncarsono Prasetyo dan Nanang Purwono.-Dok Begandring Soerabaia-
Film ini menggambarkan riwayat Soekarno mulai lahir di Surabaya, bersekolah hingga mendapat gelar Honoris Causa di Universitas Padjajaran Bandung, termasuk penegasan Soekarno sendiri tentang tempat lahirnya.
Selain sejarah kelahiran Soekarno, Kusno (nama kecil Soekarno), film tersebut juga mengabarkan sosok ayah Soekarno, Sukeni. Juga soal kisah percintaan Soekarno dengan Oetari (Puteri HOS Tjokroaminoto), plus sebuah diskusi pergerakan di rumah Tjokroaminoto.
Eri bersyukur dan bangga, film yang disutradarai Faizal Anwar itu masuk ke nominasi FFI. “Semoga di piala citra FFI menjadi terbaik. Dengan apa? Dengan meluruskan sejarah bangsa ini. Insya Allah optimistis karena yang diluruskan sejarah adalah orang atau presiden yang membawa Indonesia Merdeka,” ujar Eri dalam rilis pemkot Surabaya, Minggu 23 Oktober 2022.
Salah satu tujuan utama film tersebut adalah meluruskan sejarah yang keliru. Selama ini Presiden Soekarno disebut lahir di Blitar. Namun setelah ditelusuri, fakta menunjukkan bahwa ia lahir di Surabaya.
Sayang, film berdurasi 25 menit 16 detik itu baru ditonton sebanyak 3.322 kali di YouTube TVRI Jawa Timur. “Secara kuantitas kami memaklumi, tetapi secara kualitas, film dokumenter ini punya nilai yang begitu dalam,” ujar Nanang.
Ia mengusulkan agar film tersebut diputar di sekolah-sekolah. Tak hanya di Surabaya, tetapi di seluruh Indonesia.
“Riset yang kami lakukan begitu panjang dengan bantuan teman-teman dari Unair dan TVRI. Sampai akhirnya kami bisa mengembalikan fakta yang disalahpahami selama puluhan tahun,” kata penulis buku Benteng-Benteng Soerabaja itu.
Bahkan sebagian kita mungkin masih belum tahu bahwa Soekarno lahir di Surabaya. Mungkin anda juga ingat bahwa saat sekolah dulu, buku sejarah di sekolah-sekolah menerangkan Soekarno lahir di Blitar. (Yusuf Dwi)
Menggali Potensi Peneleh di Film Berikutnya, BACA BESOK (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: